Jumat, 19 Desember 2014

Ini Bukan Doa


Tuhan..

Apakah aku sudah terjemus didalam jurang individualisme?

Masalahnya, hasratku untuk tidak berbagi cerita dengan orang lain adalah nol. Dan itu artinya, yang ada dalam pikiranku “akhir-akhir ini” adalah alangkah baiknya jika aku terus memendam semua masalah yang kini sedang melandaku.

 Mungkin akan terasa lebih baik jika tidak ada yang mengetahuinya. Cukup aku dan Engkau semata. Karena di dunia ini pasti ada hal yang sejatinya lebih baik untuk tidak diketahui orang lain dan juga olehnya.
***

Aku tak tahu harus mulai dari mana. Yang jelas, sebenarnya banyak hal yang ingin kutuangkan dalam tulisan ini. Namun apa daya, aku hanyalah manusia biasa yang belum pandai merangkai kata dari a hingga ke a lagi. Runtut. Apik. Menawan. Sehingga pembaca tahu, yang mana dulu yang menjadi awal dari permasalahan yang tak kunjung usai ini.
***

Tuhan..

Tempat mengadu yang paling nyaman di dunia yang pernah kujajahi hanyalah saat aku memanjatkan segudang doa padaMu. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana hati yang tersakiti ini, sekejap bisa bisa reda karena saat aku memanggil namaMu, hati ini terasa suci kembali. putih tanpa noda. Bersih tanpa dosa. Tapi, pada kenyataanya tetap saja, aku adalah aku insan biasa yang tak luput dari segala dosa.
Kau pasti tahu, sejak kemarin doa yang kupanjatkan untukMu dibalutih dengan kata-kata puitis. Aku tak tahu, hal apa yang membuat keromantisan yang kulakukan padaMu terus menuntunku sampai detik ini. Hingga akhirnya aku memberanikan diri lagi, meluapkan segala keluhku lewat tulisan yang hancur ini.

Tuhan..

Sempat aku berfikir bahwa aku ingin Engkau mengambil mata ini. Agar aku tak lagi bisa melihat kejamnya dunia yang Kau berikan untukku. Kejamnya orang-orang yang kusayangi, pada kenyataannya telah Kau ambil kembali kedalam KuasaMu. Bhakan, seklaipun aku merengek, Kau bahkan tak akan pernah mengembalikannya lagi untukku.

Juga telingaku. Aku bosan hanya angin yang mendengug indah di gedang telingaku. Aku rindu teriakan kasih sayang yang dilontarkan oleh orang yang aku sayang. Aku rindu akan ucapan sayang, yang dulu sering kali mereka persembahkan untukku. Dan kini semua menghilang. Dan aku tak bisa mendengarnya lagi. Walau hanya satu detik saja. “Maka, ambillah Tuhan..” begitulah kejamnya perkataanku yang kufur atas semua nikmatMu. Astagifrullah...

Tak hanya mata dan telinga. Aku juga mewarkan mulut ini padaMu. Tak bisakah Kau mengambilnya juga? Entahlah, entah siapa yang mengajariku kata-kata pedas ini. Kata-kata yang tak seharusnya aku persembahkan untukMu. Kata-kata yang kata orang, setiap kata yang terucap adalah doa. Jangan kabulkan doa ini Tuhan, jika Kau menganggapnya ini adalah sebuah doa. Aku tak tau harus berkata apa lagi. Semua kata rindu yang sering kali aku ucap, apakah dia mendengarnya? Semua kata yang mengisyaratkan bahwa sejujurnya aku sangat merindukannya, ingin kembali dalam pelukannya, ingin dia tau bahwa aku tak bisa hidup tanpanya, walaupun kini, dia mungkin sudah acuh dengan semuanya. Aku tak tahu. Apakah aku masih layak berucap kata aku cinta dia? Biarkan mulut ini hanya sebatas berkata, dan bukan untuk mengarap balasan kata darinya.

Tak cukup sampai disitu. Tangan. Tanganku. Apa daya, aku tak bisa memegang erat tanganya agar dia tak bisa jauh dari sisiku. Tangan-tangan ini juga cukup menjadi saksi bisu bagaimana aku mengetik huruf per huruf, merangkai kata AKU CINTA DAN RINDU DIA. Yang pada ujungnya, juga seperti biasa tak ada balasan yang menyapa.

Begitu pula dengan setiap langkah kaki yang menuntunku kemana sebaiknya aku harus pergi. Bagiku, setiap langkah kaki yang aku hentkkan diatas bumi ini., adalah selangkah doa bagaimana caranya agar aku bisaa selangkah lebih dekat denganmu. Selangkah lebih nyata untuk melihat sosok dirimu yang sekian lama telah menghilang dari pandanganku. Dan di setiap langkah itu, aku selalu berharap agar kedekatan-kedekatan yang aku harapkan menjadi kedekatan yang nyata. Namun nyatanya, lagi-lagi itu masih sebuah mimpi.............

Mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki. Apakah sudah cukup untuk menebus kerinduan ini?

Jika belum, katakan saja padaku apalagi yang Kau inginkan dariku.

Maka, tanpa perlu mempertimbangkan semua ini, karena semua ini adalah milikMu, dan aku hanya merima titipan yang Kau beri, karena pada akhirnya semua yang ada akan kembali kepadaMu. Untuk itu, ijinkan aku menjemput kebahagianku walau dengan seribu kekuranganku. Dan aku berharap, aku masih tergolong orang yang layak Engkau beri rasa rindu terhadap orang yang sukses membuat aku pilu karena aku teramat sangat diujung rindu.
***

Tuhan..

Jika Engkau menganggap ini adalah doa, maka tolong, jangan kabulkan doaku yang buruk ini. Aku tak tahu hukuman apa yang pantas bagi orang sepertiku yang dengan beraninya menyampaikan pesan ini secara terang-terangan baik dunia nyata, dunai maya, dunia fana, dan dunia-dunia lainnya.

Ampuni aku Tuhan..

Tolong jangan kabulkan doa ini jka Kau menganggapnya seperti itu.

Sesungguhnya, aku hanya ingin menumpahkan segala kepiluan ini lewat kata yang romantis, berkias, serta puitis, agar pembaca tertarik dan memberi applous untukku.

Sungguh, dalam hati ini, perpanjangkan kesempatanku untuk selalu tunduk akan semua perintahMu, bersujud di kiblatMu, menjauhi segala hal yang Kau tak suka, dan senantiasa menyebut namaMu yang Esa, Satu, dan hanya kepdaMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#QUOTESOFME (PART 2)

Silahkan disimpan bila Anda mau. Boleh juga dijadikan caption di instagram Anda. Untuk lockscreen hp juga bisa. Syaratnya satu, jangan ab...