Tuhan..
Apakah aku sudah terjemus didalam
jurang individualisme?
Masalahnya, hasratku untuk tidak
berbagi cerita dengan orang lain adalah nol. Dan itu artinya, yang ada dalam
pikiranku “akhir-akhir ini” adalah alangkah baiknya jika aku terus memendam
semua masalah yang kini sedang melandaku.
Mungkin akan
terasa lebih baik jika tidak ada yang mengetahuinya. Cukup aku dan Engkau
semata. Karena di dunia ini pasti ada hal yang sejatinya lebih baik untuk tidak
diketahui orang lain dan juga olehnya.
***
Aku tak tahu harus mulai dari
mana. Yang jelas, sebenarnya banyak hal yang ingin kutuangkan dalam tulisan
ini. Namun apa daya, aku hanyalah manusia biasa yang belum pandai merangkai
kata dari a hingga ke a lagi. Runtut. Apik. Menawan. Sehingga pembaca tahu,
yang mana dulu yang menjadi awal dari permasalahan yang tak kunjung usai ini.
***
Tuhan..
Tempat mengadu yang paling nyaman
di dunia yang pernah kujajahi hanyalah saat aku memanjatkan segudang doa
padaMu. Aku tak bisa mengungkapkan bagaimana hati yang tersakiti ini, sekejap
bisa bisa reda karena saat aku memanggil namaMu, hati ini terasa suci kembali. putih
tanpa noda. Bersih tanpa dosa. Tapi, pada kenyataanya tetap saja, aku adalah
aku insan biasa yang tak luput dari segala dosa.
Kau pasti tahu, sejak kemarin doa
yang kupanjatkan untukMu dibalutih dengan kata-kata puitis. Aku tak tahu, hal
apa yang membuat keromantisan yang kulakukan padaMu terus menuntunku sampai
detik ini. Hingga akhirnya aku memberanikan diri lagi, meluapkan segala keluhku
lewat tulisan yang hancur ini.
Tuhan..
Sempat aku berfikir bahwa aku
ingin Engkau mengambil mata ini. Agar aku tak lagi bisa melihat kejamnya dunia
yang Kau berikan untukku. Kejamnya orang-orang yang kusayangi, pada
kenyataannya telah Kau ambil kembali kedalam KuasaMu. Bhakan, seklaipun aku
merengek, Kau bahkan tak akan pernah mengembalikannya lagi untukku.
Juga telingaku. Aku bosan hanya
angin yang mendengug indah di gedang telingaku. Aku rindu teriakan kasih sayang
yang dilontarkan oleh orang yang aku sayang. Aku rindu akan ucapan sayang, yang
dulu sering kali mereka persembahkan untukku. Dan kini semua menghilang. Dan aku
tak bisa mendengarnya lagi. Walau hanya satu detik saja. “Maka, ambillah
Tuhan..” begitulah kejamnya perkataanku yang kufur atas semua nikmatMu. Astagifrullah...
Tak hanya mata dan telinga. Aku juga
mewarkan mulut ini padaMu. Tak bisakah Kau mengambilnya juga? Entahlah, entah
siapa yang mengajariku kata-kata pedas ini. Kata-kata yang tak seharusnya aku persembahkan
untukMu. Kata-kata yang kata orang, setiap kata yang terucap adalah doa. Jangan
kabulkan doa ini Tuhan, jika Kau menganggapnya ini adalah sebuah doa. Aku tak
tau harus berkata apa lagi. Semua kata rindu yang sering kali aku ucap, apakah
dia mendengarnya? Semua kata yang mengisyaratkan bahwa sejujurnya aku sangat
merindukannya, ingin kembali dalam pelukannya, ingin dia tau bahwa aku tak bisa
hidup tanpanya, walaupun kini, dia mungkin sudah acuh dengan semuanya. Aku tak
tahu. Apakah aku masih layak berucap kata aku cinta dia? Biarkan mulut ini
hanya sebatas berkata, dan bukan untuk mengarap balasan kata darinya.
Tak cukup sampai disitu. Tangan. Tanganku.
Apa daya, aku tak bisa memegang erat tanganya agar dia tak bisa jauh dari
sisiku. Tangan-tangan ini juga cukup menjadi saksi bisu bagaimana aku mengetik
huruf per huruf, merangkai kata AKU CINTA DAN RINDU DIA. Yang pada ujungnya,
juga seperti biasa tak ada balasan yang menyapa.
Begitu pula dengan setiap langkah
kaki yang menuntunku kemana sebaiknya aku harus pergi. Bagiku, setiap langkah
kaki yang aku hentkkan diatas bumi ini., adalah selangkah doa bagaimana caranya
agar aku bisaa selangkah lebih dekat denganmu. Selangkah lebih nyata untuk
melihat sosok dirimu yang sekian lama telah menghilang dari pandanganku. Dan di
setiap langkah itu, aku selalu berharap agar kedekatan-kedekatan yang aku
harapkan menjadi kedekatan yang nyata. Namun nyatanya, lagi-lagi itu masih
sebuah mimpi.............
Mata, telinga, mulut, tangan, dan
kaki. Apakah sudah cukup untuk menebus kerinduan ini?
Jika belum, katakan saja padaku
apalagi yang Kau inginkan dariku.
Maka, tanpa perlu
mempertimbangkan semua ini, karena semua ini adalah milikMu, dan aku hanya
merima titipan yang Kau beri, karena pada akhirnya semua yang ada akan kembali
kepadaMu. Untuk itu, ijinkan aku menjemput kebahagianku walau dengan seribu
kekuranganku. Dan aku berharap, aku masih tergolong orang yang layak Engkau
beri rasa rindu terhadap orang yang sukses membuat aku pilu karena aku teramat
sangat diujung rindu.
***
Tuhan..
Jika Engkau menganggap ini adalah
doa, maka tolong, jangan kabulkan doaku yang buruk ini. Aku tak tahu hukuman
apa yang pantas bagi orang sepertiku yang dengan beraninya menyampaikan pesan
ini secara terang-terangan baik dunia nyata, dunai maya, dunia fana, dan
dunia-dunia lainnya.
Ampuni aku Tuhan..
Tolong jangan kabulkan doa ini
jka Kau menganggapnya seperti itu.
Sesungguhnya, aku hanya ingin
menumpahkan segala kepiluan ini lewat kata yang romantis, berkias, serta
puitis, agar pembaca tertarik dan memberi applous
untukku.
Sungguh, dalam hati ini,
perpanjangkan kesempatanku untuk selalu tunduk akan semua perintahMu, bersujud
di kiblatMu, menjauhi segala hal yang Kau tak suka, dan senantiasa menyebut
namaMu yang Esa, Satu, dan hanya kepdaMu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar