Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu
Ada didalam hatiku..
2014 mengalami
koma. Usianya tak kan lama lagi. Dalam hitungan 9 hari, bisa diprediksi
hidupnya hidupnya akan berakhir cukup sampai disini.
Tanggal 22
dimana orang-orang yang mania sosmed akan spamming mengucapakan “happy mother’s day”
“selamat hari ibu” “i love you mom, you are my everything” semacam itulah celoteh
para peselancar sosmed yang sangat antusias dan tak mau ketinggalan moment
untuk mengucapkan selamat pada dijatuhkannya hari bersejarah yaitu hari ibu.
Sedikit cerita
untuk orang tercinta yang tak akan pernah kuketahui kapan aku mulai berhenti
mencintainya. Yang jelas, aku tak akan
pernah mampu menggantikan semua apa yang beliau berikan kepadaku. Mulai dari
yang kecil, sedang, besar, sepele, menyakitkan, mengharukan, menyedihkan, dan
lain ssebagainya.
Selama 18
tahun, jujur aku tak pernah mengucapkan kepada ibuku “selamat hari ibu”. Juga aku
tak pernah mengucpakan “selamat ulang tahun ibu”. Manusia macam apa aku ini. Haaaa!!!
Jangan tiru aku, mungkin aku adalah satu satu contoh anak yang tak patut ditiru.
Sebab, aku menyepelekan hal kecil seperti itu.
Setelah kepergian
ibuku, hari-hariku semakin tak karuan. Monoton. Tak ada yang special. Hidup hanya
makan, tidur, bersih-bersih rumah, kuliah, pulang kuliah, nugas, begitu
seterusnya. Usai beliau tiada, Belajar masakpun hanya sekali. Itupun juga hanya
membuat kering tempe, sangat mudah. Ahhhh, aku serasa menjadi sosok anak
perempuan pertama yang harus memikul nasib menjadi sosok yang begini-begini
saja. Aku merasa aku sulit untuk mewarnai hari-hariku. Aku sukar melakukan
eksperimen-eksperimen baru. Aku juga sempat berfikir kalau aku diperlakukan
tidak adil.
Aku ingin
dimasakin ibu, aku ingin belajar masak bareng ibu. Aku ingin curhat sama ibu. Aku
ingin melihat senyum ibu. Ya, begitulah pintaku. Apa boleh buat, aku mungkin
sempat tergolong menjadi deretan anak durhaka. Disaat ibu masih ada, aku jarang
membantu beliau masak, apalagi minta diajari memasak. Begitupun dengan curhat,
aku tak pernah berbagi sepeserpun kata kepada ibu. Aku memilih untuk memendamnya. Pun juga,
aku ingin melihat senyum ibu. Ah yang ada, tiap hari akulah penyebab kenapa ibu
sering ngomel-ngomel. Diminta untuk ambil ini, aku menunda, disuruh itu, aku
melawan, dinasehati aku membentak. Ya Allah sekejam dan seseram setan itukah
hati yang dulu aku milik?
Kini aku
sangat menyesalinya. Aku telah menyia-nyiakan waktu yang panjang yang telah Allah
berikan kepadaku yang semestinya aku gunakan untuk membuat ibu bangga, bukannya
menderita atas semua perbuatanku yang menentang ini itu.
Sekalipun hari
ini aku menangis hingga aku tertatih, mana mungkin ibuku bisa kembali?
MUSTAHIL. Terkadang aku membodoh-bodohkan diriku sendiri hingga angin yang
kencang datang menerpa mukaku, lalu air mata jatuh membasahi pipi. Entah berapa kali
tetes air mata ini memaksa untuk keluar. Juga entah berapa kali mataku sembab,
karena sebuah penyesalan yang begitu mendalam.
Suatu hari,
aku bisa lupa akan semua dosa yang pernah aku perbuat terhadap ibuku. Naum dihari
berikutnya, entah siapa yang mengundang kesedihan untuk datang ke hatiku lagi,
aku tak tahu, yang jelas, disaat kesedihan itu datang dan aku teringat akan
masa lalu yang amat pilu itu, aku merasa kehilangan kendali. Sekalipun air mata
yang menetes, tubuhku terasa sangat lemas. Sulit rasanya aku memberhentikan
supaya air mata ini tak jatuh lagi. Aku lemah untuk menyemangati diriku sendiri.
Terlebih aku merasa sangat lemah saat aku ingat hari terakhir aku bisa melihat
wajah ibu.
Bu.. hari ini
tepat ditanggal 22 desember 2014, engaku resmi meninggalkan aku, adik, dan
ayah. Tepat 279 hari engkau meninggalkan kami bertiga. Aku sangat merindukanmu
Buk. Andai engaku bisa pulang kerumah, hari-hari yang suram ini sekejap akan
lenyap tergantikan oleh kehadiranmu di sini. Ah, aku terlalu menghkayal. Jelas tidak
mungkin, apa yang aku ucapkan bisa kembali dipelukanku lagi. Ah, aku rasa, aku
sudah gila, buk.
***
Terlambat kudasari
Kau termat berarti..
Tak
cukup hanya kepergian ibu yang aku selali. Kepergian ibunya ibuku juga. Mbah Yi.
Beliau adalah sosok yang kuanggap sebagi ibuku kedua. Ketika aku sedang kesal
dengan keadaan rumah, aku selalu berlari kerumah mbah yi. Bercerita kepada mbah
yi tentang hal yang membuatku sedih. Mbah yi sering membuatkan aku kue, karena
mbah yi ku jago memasak. Tak jarang pula, aku pergi ke pasar dengannya. Ah,
rasanya dadaku sangat sesak pabila aku harus bernostalgia mengingat semua
kenangan ini. Mengingat hal apa saja yang dulu aku habiskan dengan mereka. Ahhh
nyaliku down, aku hampir kehilangan separuh semangatku jika aku harus dituntut
mengingat mereka, ibu, dan mbah yi.
Penyesalanku
tak padam sampai disini. Ceritanya mirip dengan masa lalu aku dan ibuku. Entah manusia
macam apa aku ini. Lagi-lagi teringat kekejamanku dulu yang sering membantah
saat mbah yi meminta bantuanku. Ah, dan pada intinya, dulu, aku merasa seperti
bukan manusia. Aku merasa seperti setan yang sukanya membuat darah orang lain
naik, memuncakkan emosi orang lalin dan melontarkan kata-kata kejam yang hingga
pada akhirnya membuat mereka marah. Sungguh, akulah manusia berhati setan..
***
Aku pernah berharap
Menjadi sesuatu yang berharga
Untuk semua orang yang menyayangiku
Setelah
ratusan hari ibu, dan ibunya ibuku sudah berada di alam yang berbeda denganku,
aku mencoba tegar dan kuat. Aku mulai membangun kekuatan ini dari awal lagi. Dengan
tekadku yang bulat dan niat yang kuat, aku berjanji pada diriku sendiri untuk
merubah hati yang dulu sempat berbau setan, kini akan aku ubah dengan bau
surga. Aku tak ingin menjadi golongan yang hina dimata Allah. Untuk itu, aku
tak mau menyia-nyiakan kesempatan ketiga ini untuk ibunya ayahku.
Aku
boleh kajam. Tapi itu dulu. Kini, dengan segenap jiwa dan raga aku akan membuat
mbah yi dari ayahku menangis bahagia atas kelak kesuksesan yang akan aku raih
nantinya. Aku tak ingin ketiga kalinya aku mendapati penyelasan diakhir cerita.
Tak kan ku sia-siakan mbah yi dari ayahku, yang kini sudah kutetepakan sebagai
ibu ketigaku.
Aku
selalu berdoa, agar beliau diberi umur yang panjang, sehat selalu, walau
terkadang badannya juga melemas saat kadar gulanya tinggi. Namanya juga orang
tua, pasti ada saja gangguan kesehatan yang menyerang dirinya. Entah itu pusing
kepala, batuk, sesak, atau yang lainnya. Aku ingin ibuku yang ketiga ini mengatakan
secara langsung didepan kedua mataku dengan nada yang lantang “aku bangga denganmu, nak”.
Setalah
aku cukup berhasil menemukan kedewasaan yang ada dalam diriku, mulai berfikir
rasional, dan berorientasi pada masa depan, aku semakin tertantang untuk segera
menjemput kesuksesanku. Aku sudah tak sabar untuk membahagiakan ibu-ibuku. aku
juga sadar, kalau semua ini butuh proses, dan aku akan menunggunya. Bersabar dan
sebisa mungkin terus bangkit jika aku terjatuh.
***
Kegagalan yang pernah kualami
Menjadikan ku semakin kuat
Aku bersyukur jadi seperti ini
Buk..
mbah yi.. mbah yi.. kalian bertiga adalah ibu-ibu terbaik dari yang baik yang
pernah kumiliki. Tak sedikitpun aku merasa kurang atas pemberianNya yang telah
mengirimkan sosok ibu yang luar biasa.
Memang
sangat banyak diluar sana, ibu yang lebih cantik, kaya, pandai, menawan,
anggun, dan mungkin diidolakan banyak orang. Tapi asal ibu tahu, mbah yi tahu,
aku tak butuh seperti mereka yang lebih cantik, kaya, dan pandai. Jika Allah
mengirimkan ibu yang mungkin dimata orang lain tak ada harganya, bagiku ibu tak
akan pernah bisa diukur dan dinilai tingkat keistimewaannya. Ibu dan mbah yi
adalah ibu yang luar biasa. Sulit untuk mengungkapkan lewat olah para kata. Yang
jelas, dari hatiku yang teramat dalam, aku bersyukur telah dikaruniai ibu
seperyi kalian. Sampai kapanpun aku tak akan pernah bisa membalas semua
jasa-jasamu. Maafkan aku jika selama ini aku hanya masih bisa membuat kalian
kecewa dan marah. Sungguh sebagai anak, hasrat ingin membahagiakanmu itu adalah
tugas nomer satu. Maafkan cucumu yang sering kali menggoyahkan hatimu dan
melukai perasaanmu.
Doakan
aku sehat yang Buk, Mbah yi. Doakan perjalananku menjemput sukses diusiaku yang
muda ini lancar. Tikungan dan jalan begerigi sangat minim, sehingga aku bisa cepat
sampai pada titik puncak kesuksesanku. Semoga secepatnya, doaku yang baik-baik
segera menjadi nyata. Amin..
Sekali
lagi maafkan aku pernah memiliki hati seperti setan. Sebisa mungkin aku akan
mencegah hati setan itu takkan pernah bisa kembali masuk menyelinap dalam
tubuhku. Terima kasih telh menjadi ibu dan mbah yi terbaik didalam dunia yang
sama. Semoga kini kalian berdua nyaman dan tenang dirumah abadi kita. Terima kasih
juga untuk mbah yi, ibunya ayah, ibuku ketiga yang sampai detik ini memasakkan
untukku, merewat adikku saat aku kuliah. Tak akan pernah ada suatu hal bisa
membalas semua yang telah engkau berikan untukku.
Aku merindukanmu ibu.. ibuku
kedua..
Aku menyanyangimu ibuku ketiga..
Aku mencintai kalian bertiga..
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar