Senin, 22 Desember 2014

Ibu, Ibuku Kedua, Ibuku Ketiga


Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Oh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu
Ada didalam hatiku..

2014 mengalami koma. Usianya tak kan lama lagi. Dalam hitungan 9 hari, bisa diprediksi hidupnya hidupnya akan berakhir cukup sampai disini.
Tanggal 22 dimana orang-orang yang mania sosmed akan spamming mengucapakan “happy mother’s day” “selamat hari ibu” “i love you mom, you are my everything” semacam itulah celoteh para peselancar sosmed yang sangat antusias dan tak mau ketinggalan moment untuk mengucapkan selamat pada dijatuhkannya hari bersejarah yaitu hari ibu.
Sedikit cerita untuk orang tercinta yang tak akan pernah kuketahui kapan aku mulai berhenti mencintainya. Yang jelas, aku tak akan pernah mampu menggantikan semua apa yang beliau berikan kepadaku. Mulai dari yang kecil, sedang, besar, sepele, menyakitkan, mengharukan, menyedihkan, dan lain ssebagainya.
Selama 18 tahun, jujur aku tak pernah mengucapkan kepada ibuku “selamat hari ibu”. Juga aku tak pernah mengucpakan “selamat ulang tahun ibu”. Manusia macam apa aku ini. Haaaa!!! Jangan tiru aku, mungkin aku adalah satu satu contoh anak yang tak patut ditiru. Sebab, aku menyepelekan hal kecil seperti itu.
Setelah kepergian ibuku, hari-hariku semakin tak karuan. Monoton. Tak ada yang special. Hidup hanya makan, tidur, bersih-bersih rumah, kuliah, pulang kuliah, nugas, begitu seterusnya. Usai beliau tiada, Belajar masakpun hanya sekali. Itupun juga hanya membuat kering tempe, sangat mudah. Ahhhh, aku serasa menjadi sosok anak perempuan pertama yang harus memikul nasib menjadi sosok yang begini-begini saja. Aku merasa aku sulit untuk mewarnai hari-hariku. Aku sukar melakukan eksperimen-eksperimen baru. Aku juga sempat berfikir kalau aku diperlakukan tidak adil.
Aku ingin dimasakin ibu, aku ingin belajar masak bareng ibu. Aku ingin curhat sama ibu. Aku ingin melihat senyum ibu. Ya, begitulah pintaku. Apa boleh buat, aku mungkin sempat tergolong menjadi deretan anak durhaka. Disaat ibu masih ada, aku jarang membantu beliau masak, apalagi minta diajari memasak. Begitupun dengan curhat, aku tak pernah berbagi sepeserpun kata kepada ibu. Aku memilih untuk memendamnya. Pun juga, aku ingin melihat senyum ibu. Ah yang ada, tiap hari akulah penyebab kenapa ibu sering ngomel-ngomel. Diminta untuk ambil ini, aku menunda, disuruh itu, aku melawan, dinasehati aku membentak. Ya Allah sekejam dan seseram setan itukah hati yang dulu aku milik?  
Kini aku sangat menyesalinya. Aku telah menyia-nyiakan waktu yang panjang yang telah Allah berikan kepadaku yang semestinya aku gunakan untuk membuat ibu bangga, bukannya menderita atas semua perbuatanku yang menentang ini itu.
Sekalipun hari ini aku menangis hingga aku tertatih, mana mungkin ibuku bisa kembali? MUSTAHIL. Terkadang aku membodoh-bodohkan diriku sendiri hingga angin yang kencang datang menerpa mukaku, lalu air mata jatuh membasahi pipi. Entah berapa kali tetes air mata ini memaksa untuk keluar. Juga entah berapa kali mataku sembab, karena sebuah penyesalan yang begitu mendalam.
Suatu hari, aku bisa lupa akan semua dosa yang pernah aku perbuat terhadap ibuku. Naum dihari berikutnya, entah siapa yang mengundang kesedihan untuk datang ke hatiku lagi, aku tak tahu, yang jelas, disaat kesedihan itu datang dan aku teringat akan masa lalu yang amat pilu itu, aku merasa kehilangan kendali. Sekalipun air mata yang menetes, tubuhku terasa sangat lemas. Sulit rasanya aku memberhentikan supaya air mata ini tak jatuh lagi. Aku lemah untuk menyemangati diriku sendiri. Terlebih aku merasa sangat lemah saat aku ingat hari terakhir aku bisa melihat wajah ibu.
Bu.. hari ini tepat ditanggal 22 desember 2014, engaku resmi meninggalkan aku, adik, dan ayah. Tepat 279 hari engkau meninggalkan kami bertiga. Aku sangat merindukanmu Buk. Andai engaku bisa pulang kerumah, hari-hari yang suram ini sekejap akan lenyap tergantikan oleh kehadiranmu di sini. Ah, aku terlalu menghkayal. Jelas tidak mungkin, apa yang aku ucapkan bisa kembali dipelukanku lagi. Ah, aku rasa, aku sudah gila, buk.
***


Terlambat kudasari
Kau termat berarti..
                Tak cukup hanya kepergian ibu yang aku selali. Kepergian ibunya ibuku juga. Mbah Yi. Beliau adalah sosok yang kuanggap sebagi ibuku kedua. Ketika aku sedang kesal dengan keadaan rumah, aku selalu berlari kerumah mbah yi. Bercerita kepada mbah yi tentang hal yang membuatku sedih. Mbah yi sering membuatkan aku kue, karena mbah yi ku jago memasak. Tak jarang pula, aku pergi ke pasar dengannya. Ah, rasanya dadaku sangat sesak pabila aku harus bernostalgia mengingat semua kenangan ini. Mengingat hal apa saja yang dulu aku habiskan dengan mereka. Ahhh nyaliku down, aku hampir kehilangan separuh semangatku jika aku harus dituntut mengingat mereka, ibu, dan mbah yi.
                Penyesalanku tak padam sampai disini. Ceritanya mirip dengan masa lalu aku dan ibuku. Entah manusia macam apa aku ini. Lagi-lagi teringat kekejamanku dulu yang sering membantah saat mbah yi meminta bantuanku. Ah, dan pada intinya, dulu, aku merasa seperti bukan manusia. Aku merasa seperti setan yang sukanya membuat darah orang lain naik, memuncakkan emosi orang lalin dan melontarkan kata-kata kejam yang hingga pada akhirnya membuat mereka marah. Sungguh, akulah manusia berhati setan..
***


Aku pernah berharap
Menjadi sesuatu yang berharga
Untuk semua orang yang menyayangiku
                Setelah ratusan hari ibu, dan ibunya ibuku sudah berada di alam yang berbeda denganku, aku mencoba tegar dan kuat. Aku mulai membangun kekuatan ini dari awal lagi. Dengan tekadku yang bulat dan niat yang kuat, aku berjanji pada diriku sendiri untuk merubah hati yang dulu sempat berbau setan, kini akan aku ubah dengan bau surga. Aku tak ingin menjadi golongan yang hina dimata Allah. Untuk itu, aku tak mau menyia-nyiakan kesempatan ketiga ini untuk ibunya ayahku.
                Aku boleh kajam. Tapi itu dulu. Kini, dengan segenap jiwa dan raga aku akan membuat mbah yi dari ayahku menangis bahagia atas kelak kesuksesan yang akan aku raih nantinya. Aku tak ingin ketiga kalinya aku mendapati penyelasan diakhir cerita. Tak kan ku sia-siakan mbah yi dari ayahku, yang kini sudah kutetepakan sebagai ibu ketigaku.
                Aku selalu berdoa, agar beliau diberi umur yang panjang, sehat selalu, walau terkadang badannya juga melemas saat kadar gulanya tinggi. Namanya juga orang tua, pasti ada saja gangguan kesehatan yang menyerang dirinya. Entah itu pusing kepala, batuk, sesak, atau yang lainnya. Aku ingin ibuku yang ketiga ini mengatakan secara langsung didepan kedua mataku dengan nada yang lantang  “aku bangga denganmu, nak”.
                Setalah aku cukup berhasil menemukan kedewasaan yang ada dalam diriku, mulai berfikir rasional, dan berorientasi pada masa depan, aku semakin tertantang untuk segera menjemput kesuksesanku. Aku sudah tak sabar untuk membahagiakan ibu-ibuku. aku juga sadar, kalau semua ini butuh proses, dan aku akan menunggunya. Bersabar dan sebisa mungkin terus bangkit jika aku terjatuh.
***

 Kegagalan yang pernah kualami
Menjadikan ku semakin kuat
Aku bersyukur jadi seperti ini
                Buk.. mbah yi.. mbah yi.. kalian bertiga adalah ibu-ibu terbaik dari yang baik yang pernah kumiliki. Tak sedikitpun aku merasa kurang atas pemberianNya yang telah mengirimkan sosok ibu yang luar biasa.
                Memang sangat banyak diluar sana, ibu yang lebih cantik, kaya, pandai, menawan, anggun, dan mungkin diidolakan banyak orang. Tapi asal ibu tahu, mbah yi tahu, aku tak butuh seperti mereka yang lebih cantik, kaya, dan pandai. Jika Allah mengirimkan ibu yang mungkin dimata orang lain tak ada harganya, bagiku ibu tak akan pernah bisa diukur dan dinilai tingkat keistimewaannya. Ibu dan mbah yi adalah ibu yang luar biasa. Sulit untuk mengungkapkan lewat olah para kata. Yang jelas, dari hatiku yang teramat dalam, aku bersyukur telah dikaruniai ibu seperyi kalian. Sampai kapanpun aku tak akan pernah bisa membalas semua jasa-jasamu. Maafkan aku jika selama ini aku hanya masih bisa membuat kalian kecewa dan marah. Sungguh sebagai anak, hasrat ingin membahagiakanmu itu adalah tugas nomer satu. Maafkan cucumu yang sering kali menggoyahkan hatimu dan melukai perasaanmu.
                Doakan aku sehat yang Buk, Mbah yi. Doakan perjalananku menjemput sukses diusiaku yang muda ini lancar. Tikungan dan jalan begerigi sangat minim, sehingga aku bisa cepat sampai pada titik puncak kesuksesanku. Semoga secepatnya, doaku yang baik-baik segera menjadi nyata. Amin..
                Sekali lagi maafkan aku pernah memiliki hati seperti setan. Sebisa mungkin aku akan mencegah hati setan itu takkan pernah bisa kembali masuk menyelinap dalam tubuhku. Terima kasih telh menjadi ibu dan mbah yi terbaik didalam dunia yang sama. Semoga kini kalian berdua nyaman dan tenang dirumah abadi kita. Terima kasih juga untuk mbah yi, ibunya ayah, ibuku ketiga yang sampai detik ini memasakkan untukku, merewat adikku saat aku kuliah. Tak akan pernah ada suatu hal bisa membalas semua yang telah engkau berikan untukku.
Aku merindukanmu ibu.. ibuku kedua..
Aku menyanyangimu ibuku ketiga..
Aku mencintai kalian bertiga..
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#QUOTESOFME (PART 2)

Silahkan disimpan bila Anda mau. Boleh juga dijadikan caption di instagram Anda. Untuk lockscreen hp juga bisa. Syaratnya satu, jangan ab...