Bumi masih berputar pada
porosnya. Begitu juga dengan matahari yang setiap paginya selalu muncul di
seberang timur.
Tak jauh beda rutinitas alam
semesta sebagaiman takdirnya, cinta juga masih tetap sama pada permasalahan
yang umum.
Di awal pertemuan, bak gula yang
selalu dikerumuni oleh semut karena kemanisannya, cinta juga sangat manis jika
satu sama lain tengah basah diguyur asmara. Entah mengapa saat dirayu sampai
kadang terasa malu, hal itu terlihat sangat geli dan terkadang juga bikin
ketawa-ketiwi. Maklum namanya juga remaja yang sedang jatuh cinta. Apapun yang
mungkin terkesan lebay karena saking seringnya mendapat ucapan kata cinta, hal
itu malah menjadi amunisi bahwa sinyal cinta semakin kuat. Dan dari situlah kemanisan
itu terbentuk. Ya. Benar. Bisa dibilang, Cinta itu manis.
***
Saat ada mood braker yang datang
menghampiri, rasanya pergantian pagi ke siang lalu ke malam terasa sangat lama.
Bahkan jauh lebih lama saat menunggu pesta kembang api pada pergantian tahun.
Yap yap yap. Dikala hati sedang
risau bagaikan hati yang tersayat oleh pisau-pisau tajam, mau aktivitas apapun
juga pastinya berat. Berat itu dalam arti bawaannya bikin marah mulu, mau gini
nggak enak, mau gitu gak mood. Semua serba salah. Maunya pengen itu, eh malah
tetep aja mood braker sulit berubah menjadi mood booster. Butuh waktu yang
cukup lama untuk menaklukan itu semua.
Lambat laut semua yang pada
awalnya manis, pasti akan terasa pahit juga jika dirasa sudah tak bisa
mempertahankan kaisat kemanisan itu. Untuk menetralsiir kejadian yang seperti
itu tentunya tidak mudah. Proses yang panjang, pasti tentu.
Pahit itu kejam. Sudah hitam,
menyakitkan pula. Apalagi cinta yang awalnya manis sontak berubah menjadi
pahit.
Seharusnya sebagai manusiawi yang
memiliki akal, pahit dalam sebuah cinta bisa ditiadakan. Jika salah satu saja
yang berjuang untuk membasmi rasa pahit itu, mana bisa? Negatif ditambah
positif pasti negatif bukan? Harus ada dua kekuatan agar pahit itu musnah.
Kuncinya yaitu : hilangkan
keegoisan dan kegengsian yang tinggi. Bangunlah kedewasaan diantara cinta yang
tumbuh bersemi di kedua bola mata kamu dan aku. Jika suatu saat memang sudah
tidak cinta, pamitlah dengan baik-baik dan mulailah untuk berteman yang selalu
bertegur sapa baik dalam suka maupun duka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar