Ada kalanya aku merasa takut. Karena
aku hanya orang biasa yang memiliki sejuta rasa entah itu rasa percaya diri,
rasa kagum, rasa takut atau rasa yang lainnya.
Dear rudal..
Kamu adalah orang baik. Kata teman-temanku
“kamu orang baik”. Dan saking baiknya penilaian positif dari teman-temanku itu,
muncullah satu ketakutan baru yang menghantuiku. Yaitu, “AKU TAKUT
MENGECEWAKANMU”.
Pepatah bilang, “orang yang bisa
membuatmu bahagia dan nyaman, kemungkinan besar orang itu pula yang akan
membuatmu menangis dan kecewa”. Dari situlah aku rasa takut itu semakin
menggebu-gebu. Aku bingung harus bagaimana. Kamu orang baik, aku merasa kurang
jika harus berhadapan denganmu. Aku orang biasa yang kadang juga merasa labil
apalagi di usia seperti ini. Tapi aku selalu mencoba memberikan apapun yang terbaik
untukmu.
Banyak hal yang sudah kita lewati
bersama. Jalan-jalan berdua sering, makan berdua juga pernah, selfie berdua
sudah. Kalau dilihat dari sudut dua sejoli yang sedang melakukan pendekatan,
kita sudah lebih dari itu. Sejujurnya, baru kali aku dekat dengan seseorang
dengan jangka waktu yng cukup lama. Biasanya setelah pendekatan, pacaran
menjadi pilihan selanjutnya sebelum nantinya akan diresmikan dalam sebuah
pelaminan. Namun, kali ini entah mengapa aku takut mengambil keputusan itu. Entah
merasa belum siap atau bagaimana, yang jelas aku masih ingin asik dengan
hubungan yang seperti ini. Tapi, jangan kamu berfikir bahwa aku belum bisa move
on. Aku akan marah jika kamu menyimpulkan seperti itu.
Rudal.. sampai saat ini aku masih
belum yakin jika kelak nanti aku bisa membuatmu nyaman. Andai aku tahu, apa
yang kan terjadi di masa depan antara aku denganmu, aku akan sangat santai
menyikapi kisah cinta yang selalu penuh tanda tanya ini.
Aku juga tak tahu apakah kelak
nanti kamu masih ada dihapanku, atau justru kamu akan menghilang seperti debu
yang jika ditiup tak kan bisa meninggalkan jejak secuilpun.
Aku ingin bilang padamu, “aku bahagia denganmu”. Jika aku
tak bahagia aku tidak akan meresponmu sampai sejauh ini. Namun, sekali lagi
maaf jika aku sering membuatmu bingung akan keinginanku yang aneh. Terlebih keinginan
tentang bagaimana kejelasan hubungan ini.
Semenjak mengenalmu, banyak hal
positf yang merasuk dalam jiwaku. Lebih sabar, lebih menjaga sikap dan tutur
kata. Asal kamu tahu, dulu itu aku orangnya sering berkata kasar. Sampai-sampai
banyak temanku yang takut akan kenegatifan itu. Namun, setelah mengenalmu,
kata-kata yang sewajarnya tidak perlu diucapkan, perlahan aku tinggalkan. Itulah
contoh kecil dengan adanya kehadirnamu.
Nasehatmu tentang “jangan nakal
sama adik. Jika adik nakal, biarkan, namanya juga anak kecil”. Baru kali ini,
ada orang yang sangat care dengan kondisi keluargaku. Kadang juga kamu
menanyakan “bapak dimana”. Sedetail itu kamu juga memperhatikan keluargaku.
Sungguh kamu terlalu baik untuk
orang sepertiku yang yaaaaaaaaaa beginilah, wanita polos, kadang kudet, tidak
begitu updet sosial media, namun yang perlu kamu tahu, aku adalah wanita yang
ingin memperjuangkan kelayakan masa depanku. Aku tak ingin masa depanku hitam. Hal
utama yang selalu ingin aku nomersatukan adalah, membuat kedua orang tuaku
bangga juga adikku yang sangat aku sayangi. Merekalah harta yang tak kan pernah
ternilai harganya. Merekalah semangatku. Merekalah yang selalu ingin aku
priroritaskan. Aku ingin membuat mereka bangga denganku. Aku tak ingin menjadi
wanita anak pertama yang biasa-biasa saja tanpa masa depan yang gemilang. Kadang
aku pernah bercanda dengan pemikiranku yang tak masuk akal, “untuk apa aku
hidup jika mereka tak ada?”
Hai rudal..
Menurutmu aku mungkin wanita aneh.
Namun seaneh-anehnya aku, mana mungkin jika aku tak suka denganmu, aku membalas
respon akan kebahagiaan yang selalu kau beri untukku. Sangat aneh jika sejujurnya
aku tak menyukaimu. Hei, aku menyukaimu ! Tapi hei, apa aku pantas menyukaimu?
Hei..
Aku tak tahu sampai kapan aku
akan begini. Terus membisu jika kau menanyakan cinta padaku. Jika aku
membutuhkan waktu yang cukup lama, sungguh aku takut kamu akan bosan lalu
pergi. Karena tak banyak orang yang bisa setia menunggu jawaban seseorang.
Hei..
Maafkan aku, jika sepotong
curhatan ini mengecewakanmu. Jika dalam kategori cara aku menyampaikan aspirasi
ini membuatmu terluka, bagaimana kelak? Mungkinkah aku akan lebih
mengecewakanmu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar