Sabtu, 14 Maret 2015

Bocah Labil


Sesuatu yang baru dan menarik, memang sangat memikat hati.

Di tengah perjalanan membentuk kemistri dengan sesuatu yang lama, mendadak pandangan mata mengarah pada sesuatu yang baru itu. Alhasil, kemistri dengan yang pertama menjadi agak kacau. Karena mata tidak bisa dialihkan pada satu titik fokus, jadinya mata ini seakan berkeliaran ke sana ke mari. Lagi-lagi sesuatu yang lama bisa jadi tergantikan dengan sesuatu baru yang terkesan lebih menarik.

Itulah jeleknya bocah labil. Tak bisa mengontrol diri pada satu titik. Jika da sesuatu yang baru dan menarik, mata langsung melirik.

Sering gonta-ganti selera. Yang lebih menarik, itulah yang nantinya akan dipilih. Tak pandang bulu mana yang datang duluan mana yang baru datang. Lebih menarik, lebih besar peluang untuk terus dilirik.

Kata Temanku


Cewek  : kenapa ya, saat cewek bilang “aku suka sama kamu, tapi belum cinta apalagi sayang”,  terus si cowok langsung gimana gitu responnya. Ya layaknya orang kecewa, terus tibatiba berubah jadi cuek.

Cowok  : yaiyalah. Buat apa cinta kalau hanya bertepuk sebelah tangan. Sebelum cinta itu semakin dalam, lebih baik pergi agar sakit tidak terlalu mencekik.

Cewek  : apa tidak bisa menunggu lagi? Siapa tau dia bisa luluh dan siapa juga yang tau kalau suatu saat nanti dia bakalan jatuh hati.

Cowok  : mau gimana lagi, dari awal dia sudah bilang kalau hanya sebatas suka dan gak lebih. Daripada nanti ujung-ujungnya di php. Mending terang-terangan bilang kalau pendekatan lebih baik cukup sampai di situ.

**

Kata sahabatku, emang sifat cowok yang seperti itu wajar. Malah, pada umumnya sifat asli cowok begitu. Cowok mana yang mau di php? Nggak ada kan.

Sebenarnya, niatan cowok untuk pergi yang seperti itu tak lain ingin tau perasaan si cewek.

Kata sahabatku, “Seberapa besar sih dia mencari cowok itu? Dia nyari aku gak ya? Kalau dia gak nyari berarti dia memang belum ada hati”. Kata sahabatku sih begitu.

“yaudah kalau dia nggak ada niatan untuk mencari, mending udahan aja pendekatannya. Daripada tambah sakit hati. Lagian juga belum apa-apa. Yaudahlah ya, cukup” tambah sahabatku lagi.


NB: solusi setelah jeda percakapan, adalah solusi yang keluar langsung dari mulut cowok. Katanya, sifat cowok yang demikian itu adalah sifat yang umum. “Malah , memang sebagian besar sifat rata-rata semua cowok sama seperti itu. Jadi jangan kaget jika COWOK ITU MUDAH DATANG DAN PERGI”, kata sahabatku. 

Kamis, 12 Maret 2015

Kita Saling Mencinta


Mungkin untuk saat ini sang waktu belum mengijinkan kita untuk bersatu.
Buktinya, salah satu dari kita masih terlihat seperti batu yang kadang lebih memilih untuk membisu ketimbang untuk mengadu.
Kadang juga kita masih malu-malu untuk mengucapkan sesuatu saat dilanda rasa rindu.
Untuk menunggu datangnya cinta yang baru, tak semudah mengatakan aku cinta kamu.
Dan bila sang waktu telah mengijinkan,
Maka datanglah,
Mari kita peluk dunia ini erta-erat,
Dan katakan pada dunia “kita saling mencinta”
Jangan lepaskan jika tak ingin kehilangan.


Cinta Hanya Sekadar Kata


Bicara tentang cinta itu tak akan ada habisnya. Jika satu masalah terselesaikan, muncullah masalah hangat berikutnya dan begitu seterusnya. Ibarat sebuah lingkaran yang Selalu berputar pada permasalahan yang sama dan selalu ramai dengan beragam opini untuk memecahkan masalah yang ada.

Jika aku boleh berkata agak sedikit kasar, cinta itu seperti barang obralan. Di sini ada cinta, di situ ada cinta, di manapun dan kapanpun cinta bisa kita nikmatinya dengan murah. Hanya berbekal dengan sedikit rayuan dan ketangkasan mengolah imajinasi dengan logika, cinta bisa ditaklukan.

Itulah yang namanya cinta hanya sekadar kata.

***

Sesuatu Yang Baru


Aku setuju dengan opini yang berbunyi seperti ini “jika kita enggan memulai sesuatu yang baru, mana bisa kita menilainya baik atau buruk”

Akhir-akhir ini aku dibikin galau dengan nasehat dan masukan dari seseorang yang tak jarang mampu membuat otakku menjadi ngilu. Entahlah. Aku dan seseorang itu kerap berdebat mengenai “masalah orang dewasa”. Saat aku bilang A dia membantah bilang B. Saat menurutku dia harus melakukan tindakan A, ternyata dia malah melakukan tindakan B. Kita layaknya orang yang diselimuti dengan tirai perbedaan yang sangat tebal. Sehingga, untuk menaklukannya bisa jadi membutuhkan tenaga yang ekstra agar keduanya bisa terlihat menyatu. Namun, hal baik dari perbedaan yang kerap kami tonjolkan adalah, ada kata yang membuat kita menjadi yakin bahwa dibalik semua perbedaan yang menempel pada diri kita masing-masing selalu ada kata “selalu berfikir positif dan percaya bahwa perbedaan ini pasti bisa disamakan”.

Hai.. aku bingung. Bingung mencari potongan-potongan puzzle tekatku yang cukup bisa dikatakan sebagai seorang pemberani dan percaya diri. Kini, kemana perginya potongan-potongan itu? Dulu, yang namanya niatan untuk mencoba sesuatu yang baru sangat kental dalam jiwaku. Namun sekarang sudah berbeda.

Rasanya untuk mencicipi sesuatu yang asing itu terasa amat memberatkan hati. Aku tak tahu apakah aku takut akan resiko kedepannya atau bagaimana. Atau mungkin, jiwa baruku untuk menjadi pribadi yang lebih berhati-hati dalam menganggapi stimulus yang diberikan dari pihak lain adalah menjadi alasan mengapa kini aku enggan untuk mencobanya. Entahlah akupun tak tahu apa yang terjadi dan apa yang sebenarnya aku inginkan.

Rasanya hal baru ini sangat aku perhatikan dengan detail bagaimana kelanjutan kedepannya. Kalau dalam istilah bahasa jawa “aku wanti-wanti pol karo sing siji iki”. Aku tak ingin salah arah. Tak ingin tergesa-gesa untuk mencobanya. Kewaspadaan aku perhatikan betul-betul. Jika kelak aku terjerumus, aku akan malu pada diriku yang kini menginjak taraf sebagai orang dewasa. Masak iya, orang dewasa jatuh pada lubang yang sama. Tidak jamannya lagi bukan?

Ada hal positif yang bisa diambil dari sikap yang enggan untuk mencoba sesuatu yang baru itu. Aku menjadi lebih selektif terhadap hal baru yang datang menghampiri. jika ada hal baru yang menyapaku, aku mencoba menanggapinya dengan santai. Lagipula jika itu memang rejekiku, toh rejeki itu tak kan jatuh ditangan orang lain. Semenarik apapun sesuatu yang baru yang muncul di depan mata kita, waspadalah! Don’t judge the book by it’s cover!

Bicara Soal Jodoh


malam telah tiba dengan sentuhan yang berbeda dari malam sebelumnya. Dan sekarang aku kembali tersandung dengan sebuah permasalah baru yang sedikit mengganggu akal sehatku.
“kalau jodoh itu gak bakal ruwet. Kalau ruwet ya berarti gak jodoh”

Yap. Kalimat itu yang agak mengancam jalan pikirku. Mencoba berfikir dan terus berfikir, apakah benar pernyataan itu? Apakah se-simple itu jodoh yang kelak akan berakhir pada pelaminan?

Hemm entahlah. Semua orang bisa berargumen. Sangat mudah untuk bereksperimen dan berlogika pada sebuah permasalah. Tapi, sangat sulit untuk merealisasikan dan membutikan keabsahannya. Memang benar, sangat mudah untuk mengutarakan pernyataan apapun dan siapa saja berhak untuk membuat pernyataan yang bagaimanapun. Karena di dunia ini manusia berhak mengutarakan pendapat, jadi ya sah saja jika ada yang mengeluarkan kalimat seperti itu.

Yang sekarang menjadi tanda tanya adalah, apakah iya jodoh itu tidak ruwet. Dan jika ruwet, melayanglah kesempatan untuk menjadi jodoh. Kalu dipikir memang masuk akal. Tapi sekali lagi, sepandai apapun manusia menarik hipotesis dari kejadian yang ada, tetaplah Tuhan yang berkehendak.

Sebagai bukti nyata, ada temanku yang menjalin hubungan asmara bertahun-tahun dan ditengah perjalanan masalah besar menimpa mereka. Perselingkuhan kerap menjadi isu hangat yang mewarnai kisah asmara mereka. Alhasil, pertengkaran kecil yang sering kali membuat sang wanita menitihkan air mata sering terjadi.

Keputusan untuk mengakhiri hubungaan juga pernah mereka alami. Jadi, selama bertahun-tahun itu ada saja lika-liku kepiluan, ada saja peluru kesedihan yang menacap pada jalinan tali cinta mereka. Namun seiring dengan berjalannya waktu, ya mungkin karena memang sudah jodoh, kini mereka bisa rujuk kembali dan malah beberapa bulan kedepan mereka berdua akan naik ke pelaminan untuk mengakhiri masa lajangnya. Mereka ruwet, tapi mereka jodoh.

Dan, yang menjadi pertanyaan baru “bisakah ruwet masih tergolong dalam kategori tidak jodoh?”
***

Jadi pada intinya, semua yang diutarakan dan direncanakan oleh manusia belum tentu kedepannya akan berbuah seperti itu. Apalagi soal jodoh. Sebelum kita lahir, jodoh telah digariskan pada telapak tangan kita. So, don’t worry. Cause everthings gonna be okay. Man purpose, God dispose. 

Senin, 09 Maret 2015

Ini Ceritaku, Mana Ceritamu?


Malam kembali pada kodratnya yang identik dengan awan hitam, bintang, dan semilir angin yang sedikit menusuk tulang. Malam ini entah apa yang membuat aku gencar-gencarnya menulis dan merangkai kata demi kata. Otakku terasa sangat tok cer dan hasrat untuk menuangkan inspirasi ke dalam tulisan begitu tebal. Ya, malam ini aku ingin bermanja dengan kiasan para kata. Aku ingin mempertebal jati diriku menjadi seorang penulis walaupun aku sadar tingkat keindahku dalam membentuk kata-kata indah masihlah dibawah standrat. Yap yap yap, tak kupikirkan hal yang satu itu, yang jelas malam ini aku ingin bercerita.
***
***
***
Biasanya aku lihai jika di suruh mengandai-andai. Tapi, entahlah. Jika kalian memaksa aku untuk mengandai-andai tentang kisah hidupku, aku sulit untuk menemukan objek apa yang cocok dengan kehidupanku di awal tahun 2015 ini.

Aku punya banyak mimpi dan cita-cita. Sebelumnya, aku ingin kembali mengucap rasa syukur atas dianugerahkan IPK yang jauh diluar dugaan. 3,78. 4 besar se-prodi akuntansi semester 1 di kampus tempatku menimba ilmu. Semoga semester berikutnya, dan berikutnya lagi aku bisa meningkatkan IPK itu dan minimal bisa konstan. AMIN. Ibarat pepatah, seperti kejatuhan durian yang beratnya berton-ton. Hohohoooo...

Selain itu aku juga merasa teristimewa dengan kedatangan 7 sahabatku dari berbagai corak dan budaya. Aku menamainya 7 serangke. Di adalah Nia, Wulan, Michel, Aipung, Uqi, Meisin, dan Aku. Beberapa momen kebersamaan telah kita bangun bersama. Senang pernah, susahpun juga pernah. Tak ada kata yang bisa aku ucapkan kepada mereka selain “terima kasih telah menjadi bagian dari hidupku”. Hanya kata “terima kasih atas anugerah yang tak kan pernah bisa dinilai dengan takaran nominal ini, aku sungguh bahagia hidup dengan mereka”, itulah yang sering kali ku ucap atas rasa syukur dariNya.

Dan ingatlah dibalik semua anugerah yang Dia berikan kepadaku, pastinya ada juga cobaan bertubi-tubi yang tak bisa beberkan di sini. Di balik keindahan itu, aku juga memiliki segudang kehidupan yang sedikit tak enak. Hanya saja, aku enggan bercerita di sini. Mungkin lain kali aku akan runtut bercerita tentang hal yang sedikit tak enak itu. Aku hanya tak ingin, ceritaku yang di atas, yang indah-indah, kalah dengan ceritaku yang mungkin tergolong melow. Yang aku takutkan, virus kemelowan itu akan menyebar dan menulari kalian (ex:pembaca). Jadi, malam ini marilah bahagia denganku, nikmati suguhan ceritaku yang mungkin menurut kalian sangat kaku, namun begitu aku tak merasa malu, karena malam ini aku bebas dari rasa pilu. Let’s have have together guys! Ini ceritaku, mana ceritamu?

Cerita Ini Hanya Fiktif Belaka


Bintang dipertemukan dengan bulan secara baik-baik. Walaupun mereka tak selalu tampil berdua di atas sana, tapi mereka tak pernah bertengkar. Lihat saja, walaupun tak ada bulan, bintang masih bisa tersenyum dan bersinar, itu tandanya walaupun tak ada pendamping, bintang masih bisa berdiri tegak memberikan pancaran sinar yang indah dan terang untuk para penghuni jaga raya berserta isinya.

Ibarat bulan adalah kekasihnya bintang. Karena sibuk bekerja mencari nafkah, bulan jarang menampakkan wujudnya. Bulan lebih menghabiskan waktunya di belakang layar. Sesekali saja bulan menemani bintang tampil berdua di layar raksasa yang manusia menyebutnya langit. Walaupun begitu, bintang tak pernah marah. Walaupun ia sendiri, bak seorang makhluk tanpa pasangan, ia begitu sangat menikmati.

Jika ada waktu luang, bulan tak segan-segan mengajak bintang kencan berdua. Hingga malam terasa begitu sangat cantik dan terang benerang. Tampaknya malam itu serasa milik mereka berdua. Tapi, siapa sangka jika pada kenyataannya makhluk bumi yang bernama manusia juga ikut merasakan kemesraan mereka berdua. Hanya dengan disuguhi pandangan mata yang mengarah pada indahnya malam karena adanya dua sejoli yang sedang dicandu asmara, manusiapun ikut bahagia.

Begitulah kesederhaan yang mereka ciptakan namun berdampak keistimewaan yang begitu mendalam. kesabaran bintang yang tak pernah lelah menunggu kapan datangnya bulan bisa menjadi contoh bagi manusia yang terkadang selalu kalah dengan sikapnya yang gegabah dan tak bisa tenang.

Begitu mereka dipisahkan oleh waktu yang tak menentu kapan mereka akan disatukan kembali, mereka tetap menanggapinya dengan santai. Karena mereka tahu dan sadar, bahwa tak selamanya mereka akan berdua, pasti ada jurang pemisah yang harus menjadikan mereka untuk benar-benar berpisah. Dan secara baik-baik pula, bulan kembali pamit pada bintang untuk mengais rejeki lagi. Dan lagi-lagi bintangpun sendiri. Dan harus kembali menunggu lagi saat-saat kemunculan bulan yang jauh-jauh hari telah pamit untuk pergi.

Masih dengan Permasalahan yang Sama


Bumi masih berputar pada porosnya. Begitu juga dengan matahari yang setiap paginya selalu muncul di seberang timur.
Tak jauh beda rutinitas alam semesta sebagaiman takdirnya, cinta juga masih tetap sama pada permasalahan yang umum.
Di awal pertemuan, bak gula yang selalu dikerumuni oleh semut karena kemanisannya, cinta juga sangat manis jika satu sama lain tengah basah diguyur asmara. Entah mengapa saat dirayu sampai kadang terasa malu, hal itu terlihat sangat geli dan terkadang juga bikin ketawa-ketiwi. Maklum namanya juga remaja yang sedang jatuh cinta. Apapun yang mungkin terkesan lebay karena saking seringnya mendapat ucapan kata cinta, hal itu malah menjadi amunisi bahwa sinyal cinta semakin kuat. Dan dari situlah kemanisan itu terbentuk. Ya. Benar. Bisa dibilang, Cinta itu manis.
***
Saat ada mood braker yang datang menghampiri, rasanya pergantian pagi ke siang lalu ke malam terasa sangat lama. Bahkan jauh lebih lama saat menunggu pesta kembang api pada pergantian tahun.
Yap yap yap. Dikala hati sedang risau bagaikan hati yang tersayat oleh pisau-pisau tajam, mau aktivitas apapun juga pastinya berat. Berat itu dalam arti bawaannya bikin marah mulu, mau gini nggak enak, mau gitu gak mood. Semua serba salah. Maunya pengen itu, eh malah tetep aja mood braker sulit berubah menjadi mood booster. Butuh waktu yang cukup lama untuk menaklukan itu semua.
Lambat laut semua yang pada awalnya manis, pasti akan terasa pahit juga jika dirasa sudah tak bisa mempertahankan kaisat kemanisan itu. Untuk menetralsiir kejadian yang seperti itu tentunya tidak mudah. Proses yang panjang, pasti tentu.
Pahit itu kejam. Sudah hitam, menyakitkan pula. Apalagi cinta yang awalnya manis sontak berubah menjadi pahit.
Seharusnya sebagai manusiawi yang memiliki akal, pahit dalam sebuah cinta bisa ditiadakan. Jika salah satu saja yang berjuang untuk membasmi rasa pahit itu, mana bisa? Negatif ditambah positif pasti negatif bukan? Harus ada dua kekuatan agar pahit itu musnah.
Kuncinya yaitu : hilangkan keegoisan dan kegengsian yang tinggi. Bangunlah kedewasaan diantara cinta yang tumbuh bersemi di kedua bola mata kamu dan aku. Jika suatu saat memang sudah tidak cinta, pamitlah dengan baik-baik dan mulailah untuk berteman yang selalu bertegur sapa baik dalam suka maupun duka. 

Kamis, 05 Maret 2015

Aku Takut Mengecewakanmu


Ada kalanya aku merasa takut. Karena aku hanya orang biasa yang memiliki sejuta rasa entah itu rasa percaya diri, rasa kagum, rasa takut atau rasa yang lainnya.
Dear rudal..
Kamu adalah orang baik. Kata teman-temanku “kamu orang baik”. Dan saking baiknya penilaian positif dari teman-temanku itu, muncullah satu ketakutan baru yang menghantuiku. Yaitu, “AKU TAKUT MENGECEWAKANMU”.
Pepatah bilang, “orang yang bisa membuatmu bahagia dan nyaman, kemungkinan besar orang itu pula yang akan membuatmu menangis dan kecewa”. Dari situlah aku rasa takut itu semakin menggebu-gebu. Aku bingung harus bagaimana. Kamu orang baik, aku merasa kurang jika harus berhadapan denganmu. Aku orang biasa yang kadang juga merasa labil apalagi di usia seperti ini. Tapi aku selalu mencoba memberikan apapun yang terbaik untukmu.
Banyak hal yang sudah kita lewati bersama. Jalan-jalan berdua sering, makan berdua juga pernah, selfie berdua sudah. Kalau dilihat dari sudut dua sejoli yang sedang melakukan pendekatan, kita sudah lebih dari itu. Sejujurnya, baru kali aku dekat dengan seseorang dengan jangka waktu yng cukup lama. Biasanya setelah pendekatan, pacaran menjadi pilihan selanjutnya sebelum nantinya akan diresmikan dalam sebuah pelaminan. Namun, kali ini entah mengapa aku takut mengambil keputusan itu. Entah merasa belum siap atau bagaimana, yang jelas aku masih ingin asik dengan hubungan yang seperti ini. Tapi, jangan kamu berfikir bahwa aku belum bisa move on. Aku akan marah jika kamu menyimpulkan seperti itu.
Rudal.. sampai saat ini aku masih belum yakin jika kelak nanti aku bisa membuatmu nyaman. Andai aku tahu, apa yang kan terjadi di masa depan antara aku denganmu, aku akan sangat santai menyikapi kisah cinta yang selalu penuh tanda tanya ini.
Aku juga tak tahu apakah kelak nanti kamu masih ada dihapanku, atau justru kamu akan menghilang seperti debu yang jika ditiup tak kan bisa meninggalkan jejak secuilpun.
Aku ingin  bilang padamu, “aku bahagia denganmu”. Jika aku tak bahagia aku tidak akan meresponmu sampai sejauh ini. Namun, sekali lagi maaf jika aku sering membuatmu bingung akan keinginanku yang aneh. Terlebih keinginan tentang bagaimana kejelasan hubungan ini.
Semenjak mengenalmu, banyak hal positf yang merasuk dalam jiwaku. Lebih sabar, lebih menjaga sikap dan tutur kata. Asal kamu tahu, dulu itu aku orangnya sering berkata kasar. Sampai-sampai banyak temanku yang takut akan kenegatifan itu. Namun, setelah mengenalmu, kata-kata yang sewajarnya tidak perlu diucapkan, perlahan aku tinggalkan. Itulah contoh kecil dengan adanya kehadirnamu.
Nasehatmu tentang “jangan nakal sama adik. Jika adik nakal, biarkan, namanya juga anak kecil”. Baru kali ini, ada orang yang sangat care dengan kondisi keluargaku. Kadang juga kamu menanyakan “bapak dimana”. Sedetail itu kamu juga memperhatikan keluargaku.
Sungguh kamu terlalu baik untuk orang sepertiku yang yaaaaaaaaaa beginilah, wanita polos, kadang kudet, tidak begitu updet sosial media, namun yang perlu kamu tahu, aku adalah wanita yang ingin memperjuangkan kelayakan masa depanku. Aku tak ingin masa depanku hitam. Hal utama yang selalu ingin aku nomersatukan adalah, membuat kedua orang tuaku bangga juga adikku yang sangat aku sayangi. Merekalah harta yang tak kan pernah ternilai harganya. Merekalah semangatku. Merekalah yang selalu ingin aku priroritaskan. Aku ingin membuat mereka bangga denganku. Aku tak ingin menjadi wanita anak pertama yang biasa-biasa saja tanpa masa depan yang gemilang. Kadang aku pernah bercanda dengan pemikiranku yang tak masuk akal, “untuk apa aku hidup jika mereka tak ada?”
Hai rudal..
Menurutmu aku mungkin wanita aneh. Namun seaneh-anehnya aku, mana mungkin jika aku tak suka denganmu, aku membalas respon akan kebahagiaan yang selalu kau beri untukku. Sangat aneh jika sejujurnya aku tak menyukaimu. Hei, aku menyukaimu ! Tapi hei, apa aku pantas menyukaimu?
Hei..
Aku tak tahu sampai kapan aku akan begini. Terus membisu jika kau menanyakan cinta padaku. Jika aku membutuhkan waktu yang cukup lama, sungguh aku takut kamu akan bosan lalu pergi. Karena tak banyak orang yang bisa setia menunggu jawaban seseorang.
Hei..
Maafkan aku, jika sepotong curhatan ini mengecewakanmu. Jika dalam kategori cara aku menyampaikan aspirasi ini membuatmu terluka, bagaimana kelak? Mungkinkah aku akan lebih mengecewakanmu?

Selasa, 03 Maret 2015

3339mdpl


Alam itu indah
Indah itu saat berkelana dengan alam
Aku suka alam
Aku mencintainya
Aku kagum akan kebesaranNya
Aku terlena saat berada diatas sana
Jauh-jauh hari persiapan untuk kencan dengan alam telah diracik sedemikian rupa. Mulai dari tas carrier yang berisi peralatan pribadi, makanan, jaket, dan peralatan lainnya yang berbau dengan pernak-pernik untuk keperluan naik gunung telah aku persiapkan secukupnya.
Tujuan muncak agenda 23-25 februari 2015 adalah di kota pasuruan tepatnya di gunung yang masih aktif dan terjaga kelestariannya, yaitu gunung Arjuna. Yang katanya merupakan gunung tertinggi kedua setelah gunung semeru. 3339mdpl.
Saat perjalanan hampir sampai di kota Malang, terlihat sangat jelas gunung yang menjulang tinggi mencuri pendanganku. Tak henti-hentinya aku mengguman lewat batin dan berkata, “subhanallah, tingginya ciptaanMu setinggi KuasaMu”
“eh gunungnya bagus ya”, ucapku spontan.
“itu gunung penanggungan. gunung itu kurang lebih Cuma 1600mdpl. Bayangkan berapa kali lipatnya gunung arjuna. Sangat beda jauh,” ”, sahut temanku.
“wiiihh, padahal itu sudah tinggi lo, lha trus apa bisa aku sampai ke puncak arjuna 3339mpdl?” jawabku dengan nada pesimis.
Oh tuhan gunung penanggunang aja segitu, bagaimana dengan arjuna? Belum lagi medannya bagaimana? Seruan-seruan kepesimisan satu per satu datang menggeluti pikiranku yang hampir saja kalut.
Tapi aku tetap percaya bahwa aku bisa berada di atas puncak arjuna. Berdiri tegap dengan menikmati hembusan angin yang menerpa wajahku nanti. Aku terus membayangkan hal-hal indah saat aku sampai menginjakkan kaki on the top of arjuna. Untungnya, rasa pesimis yang sempat memenuhi volume pikiran tadi, seketika hilang saat aku bisa menyakinkan pada diriku sendiir bahwa aku bisa mencapai puncak. Karena semua tidak ada yang instan, semua butuh pengorbanan, dan semua pasti akan ada jalan jika aku mau berusaha, yakin, dan berdoa. Begitulah cara singkatku untuk memulihkan semangat dan membangun keyakinan dalam diriku.
***
Namanya juga kota malang, hujan adalah ciri khasnya. Dingin dan mendung bukanlah hal yang awam lagi.
Bukan hujan yang menghalangi langkah ini
Bukan pula balutan rasa malas dan jijik akan beceknya medan untuk menuju puncak
Kami adalah pecinta alam
Tak kenal kotor dan keluh kesah
Kami memiliki tekat yang kuat
Jiwa kami sekokoh akar
Nyali kami serimbun rerumputan
Dan cita-cita kami setinggi puncak di atas awan
Hujan lebat membasahi tanah tempat kami berpijak. Dengan memakai matel dan memikul tas carrier yang beratnya cukup dirasa, langkah kami terus melaju. Pelan tapi pasti. Tak kami hiraukan seberapa lebat hujan turun hari itu. Tak kami pikirankan bagaiman raut muka kami yang kusut terkena ribuan tetes air hujan menyapu bersih wajah yang tak sempurna ini. Kotor sudah pasti. Dingin ya tentu saja. Belum lagi sepatu kemasukan air yang membuat beban ayunan langkah kaki menjadi lebih berat dan rasa haus yang kami tahan adalah bagian dari melatih kesabaran demi berkencan dengan alam. Sesekali rasa haus kami luapkan dengan minum air hujan yang terkadang masuk dengan sendirinya melalui celah garis hidung yang pada akhirnya turun ke bawah masuk ke mulut. Siapa sangka saat itulah, kami baru saja minum air hujan yang entah bagaimana rasanya, yang jelas menurutku seperti air biasa yang tak berasa.
Medannya cukup memacu adrenalin. Baru awalnya saja sudah terjal, becek, berlumpur, dan licin. Jika tidak berhati-hati jatuhlah sudah. Jika tak konsentrasi tersandunglah sudah. Jika fokus maka selamatlah.
Menurut informasi dari pihak yang mengelola gunung arjuna, gunung ini adalah gunung yang masih aktif dan memiliki sumber airr yang cukup memdai. Ada 7 pos untuk menuju puncak arjuna. Pos-pos itu tak lain memiliki funsi sebagai tempat itu beristirahat sejenak bagi para pendaki. Aku tak banyak tau ada hewan apa saja yang ada didalamnya. Yang pasti ada satu hewan yang tergolong cukup membahayakan namun bisa dijinakkan, yaitu anjing. Di sana, anjing ibarat ayam yang bertebaran dimana-mana. Sesekali anjing-anjing itu mengikuti kami para pendaki. Jika kita takut dan seakan ingin menghindar, anjing itu malah bergegas untuk mengejar. Namun jika kita santai dan berfikir positif padanya, anjing itu akan luluh dan tidak akan mengganggu kita.
Menuju puncak adalah hal yang mudah jika dalam sebatas bayangkan dan angan. Namun sangat bertolak belakang jika dilalui proses demi prosesnya. Banyak hal yang menyulitkan untuk samapai menuju puncak. Salah satunya adalah mengalahkan rasa lelah.
Kaki yang harus melangkah jauh dari biasanya
Keringat yang berproduksi lebih banyak dari biasanya
Leher yang sering menunduk kebawah
Melihat terjalnya lajur khatulistiwa
Dan jutaan klorofil yang terus memberi semangat
Adalah amunisi bagi kami
Agar bisa sukses berkencan dengan alam
Di puncak 3339mdpl
Tiga hari dua malam berada di alam bebas. Makan ala kadarnya. Nasi tak matang, lauk-pauk dan sayur harus berbagi sana-sini, tidur beralaskan matras yang sama sekali tidak mepuk. Tak ada selimut. Padahal cuaca sangat dingin. Ya aku hanya bisa menahan itu semua. Akupun tak mengeluh karena ini adalah pilihanku untuk 3 hari hidup di alam bebas. Ya aku harus sadar diri akan situasi dan kondisi yang serba tak mandi, tak BAB, dan lainnya seperti orang pinggiran yang sedang kesusahan mencari pencerahan listrik dan sangat jauh gadget. Hanyalah kebersamaan yang ada. Canda tawa dan susah bersama hingga puncaklah nantinya yang akan mengobati luka sementara antara aku dan alamMu.
Ternyata 3339mdpl itu sangaaaaattttttttt jauh dan tingiiiiiiiiii sekali. Mungkin aku adalah orang lebay yang baru terkagum-kagum melihat gunung setinggi ini. Tak jarang rasa lapar dan haus menghampiri nafsu yang tiada henti ini. Kalau lapar aku masih bisa menahan. Tapi kalau haus? Selama 10 jam memulai pendakian dari pos 5 pukul 03.00 WIB , kami hanya membawa persediaan air kurang lebih hanya 5 botol aqua volume 1500liter. Itupun sudah minus 3 botol untuk minum usai makan pagi di tengah perjalanan. Dan sisa dari 2 botol itu kami awet-awet untuk 24 orang melanjutkan perjalanan 3 jam lagi. Bayangkan, bagaimana kami melawan rasa haus? Minum saja pakai takaran 1 tutup botol. Belum lagi kaki yang sudah hampir mati rasa karena terlalu seringnya merasakan apa yang namanya itu pegel.
Setiap aku mengambil langkah kaki, tak pernah lupa kuiiringi ucapan “astagfirullahaladzim, allahu akbar, kuatkan aku ya Allah..” begitulah gumamku dalam hati sembari aku terus meminta energi kepada Sang Illahi untuk sampai menuju puncak tertinggi.
Kesabaranku semakin diuji, karena aku terus dibohongi. Katanya puncak sebentar lagi, namun nyatanya apa? Masih harus  berjalan lagi lagi dan lagi. Sempat aku merasa kecewa akan sikap yang seperti itu. Namun setelah aku berfikiran jernih, ternyata kata “sebentar lagi” itu adalah semangat agar kita tak putus asa dan terus melangkahkan kaki walau rasa haus dan capeknya betis sudah tak karuan.
Kurang lebih 1 jam lagi kami sampai ke puncak. Dilihat dari kejauhan, awan semakin dekat dengan kami. Indahnya langit yang biru dan awan putih yang menghiasi pandangan bola mataku membuat hati semakin tenang dan rasanya ingin segera sampai ke atas sana. Suara angin yang bagaikan suara kendaraan bermotor semakin membuat aku penasaran ada gerangan apa di atas puncak sana. Usai aku berandai-andai kecil dengan imajinasiku, ada hal yang membuat aku harus menghentikan imajinasiku itu. Salah satu temanku, Wulan, menangis. Wajahnya pucat, persediaan air habis. Katanya dia sudah tak kuat lagi dan ingin stop sampai di sini. Dia terus diam tanpa kata, lalu aku memeluknya dan berkata “kamu kenapa nangis, kuat kuat kuat ! yakin bisa sampai puncak. Nanti kalu sudah sampai puncak nangislah sesukamu. Tak temani mengis, ntar ayo dipuasin kalo nangis. Tapi, sekarang pending dulu nangisnya. Semangat!!!” begitulah caraku menyemangatinya. Aku tak bisa memberinya minum, karena aku tak unya minum. Hanya bisa memeluknya, memberinya sedikit semangat kalau kita bisa menaklukan arjuna. Kita bisa berdiri dia atas puncak arjuna bersama.
Langkah demi langkah kami ayunkan. Panas terik matahari semakin menggugah gairah untuk minum walau hanya seteguk air. Namun, fakta berkata lain yang lagi lagi kami harus bisa menahan haus dan hanya bisa menelan air liur.
Suara gemuruh angin bak kendaraan bermotor di kota metroplotan semakin keras. Tiba-tiba saja saat kurang lebih 15 menit puncak di depan mata, mendung seketika datang. Langit biru berubah wujud dipenuhi dengan awan hitam kejam. Mungkin karena aku lelet dan lemah, seringnya untuk beristirahat, aku belum sampai di atas puncak. Padahal sudah ada teman-temanku yang mengibarkan bendera merah putih di puncak sana. Awalnya aku hendak melanjutkan ke puncak, namun berhubung cuca tidak mendukung dan teman yang masih berada dibawahku menyuruh untuk segera turun, kamipun dengan berat hati harus merelakan 15 menit itu. Kecewa dan sedih bercampur rasa yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Itulah yang saat itu aku rasakan. 15 menit lagi walau jalan tak landai, seharusnya bisa aku taklukan. Namun, karena aku mendaki secara sosial, otomatis aku harus melenyapkan rasa egoisku. Aku harus turun ke bawah karena hujan sekiranya akan turun.
Kata pembinaku,”pendaki sejati adalah oendaki yang bisa mengalahkan rasa egosinya. Jika usai mendaki dalam dirinya masih memiliki rasa egois, berarti dia belum berhasil”.
Kata-kata itulah yang terus aku ingat sampai sekarang. Pembekalan berupa motivasi yang terus membekas dalam diri.
Usai aku ingat kata-kata itu, rasa kecewa yang sempat mengkring dalam rohku, perlahan telah hilang. Lagian, walaupun belum sampai puncak tulisan 3339mdpl, aku sudah berhasil mendaki kurang lebih 3000mdpl tanpa sakit dan masih kuat menuruni gunung dan bukit-bukit arjuna. Aku bersyukur, bisa berdiri di atas awan dan dari kejauhan bisa melihat puncak gunung tertinggi se-jawa yaitu gunung semeru dari gunung yang aku pijaki saat itu, sunung arjuno. Sungguh tiada hentinya aku mengagumi atas segala pemberian dan ciptaanMu Yaa Rabb..

#QUOTESOFME (PART 2)

Silahkan disimpan bila Anda mau. Boleh juga dijadikan caption di instagram Anda. Untuk lockscreen hp juga bisa. Syaratnya satu, jangan ab...