Malam semakin
larut. Untungnya hatiku tak sedang pasang surut. Walau memang ada rasa rindu
yang menggerutu dalam hati, aku tetap yakin bahwa pasti ada yang namanya cinta
sejati yang entah kapan itu akan kemari menghampiri diri yang kini sedang
sendiri.
Aku menemukan
sebuah kata kiasan baru setelah aku membaca novel Haru No Tabi. “Zona Nyaman”.
Dulu aku pernah berada di lingkup zona kenyamanan. Dari situlah aku merasa ada
bahwa di dalam zona tersebut, kebahagiaan, ketenangan, kehangatan, kasih sayang
bisa aku dapatkan. Hebatnya, saat aku masuk dalam zona itu, semua keluh kesal,
masalah, dan apapun yang berhubungan dengan kalutnya pikiran, seketika bisa
lenyap begitu saja jika aku telah bersenandung ria dan terhanyut dalam zona
kenyamanan itu.
Kini, aku merasa
aku telah kehilangan zona itu. Dulu, zona yang pernah menjadi milikku itu,
sekarang hanyalah tinggal kenangan. Di saat diriku sedang membutuhkan tempat
yang senyaman-nyamannya tempat yang pernah orang jajaki, aku merasa sulit untuk
menemukannya kembali.
Apakah kini zona
itu sudah benar-benar bukan menjadi milikku? Apakah aku sudah tak layak
menikmaati zona kenyamanan itu? Dan apakah zona kenyamanan itu tak akan pernah
bisa kusentuh lagi?
Lantas, jika
semua itu benar, kemana lagi aku bisa meluapkan rasa kesedihan yang sudah
jauh-jauh hari aku pendam sendiri?
sekarang aku
merasa bahwa aku berada pada zona kebisingan. Aku bising mendengar celoteh
masalah ini dan itu yang tak ada ujungnya. Tiap hari berarti tiap masalah baru
akan menghampiri.
Bagaimana
caranya aku bisa keluar dari zona kebisingan ini? Rasanya wadah penampung
seribu masalah yang tersedia dalam jiwaku ini sudah mau meledak. Aku sangat
kesulitan untuk membawa pergi di mana zona yang pas untuk meredam semua masalah
yang bagaikan teori Big Bang alam semesta ini bisa meledak begitu dahsyatnya.
Entahlah.. zona
kenyamanan telah bermetamrfosa menjadi zona kebisinganan. Sebuah tantangan yang
tak mudah untuk dilalui namun harus dihadapi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar