Perputaran dunia
begitu mengerikan. Tiba-tiba masalah yang kejam datang tanpa diundang.
Terkadang juga kejutan teristimewa yang membuat hati bisa terlena juga datang
secara tiba-tiba. Lantas apakah keterpurukan yang berlarut-larut juga patut
diartikan juga sesuatu yang tiba-tiba pula?
Aku tak tahu
lagi harus bertanya kepada siapa, mengapa akhir-akhir ini aku sering kali
merasa dilema. Bukan hanya terhadap satu masalah saja, naum masalah yang
lainnya juga mengikuti. Dan itu semua yang kerap membuat pikiran yang sudah
kalut ini menjadi lebih kalut sekalut-kalutnya orang pernah merasakan hal
seperti itu.
Sekarang, muncul
satu pertanyaan lagi yang mungkin banyak sekali jawaban dari para responden
yang berbeda-beda. “haruskah ada status
jika keduanya saling peduli satu sama lain?”
Untuk sekarang,
kapasitas memori otakku masih belum menyukupi untuk menyimpulkan jawaban dari
pertanyaan di atas. Aku masih belum bisa konsisten untuk menarik jawaban
permanen.
Terkadang aku
berfikir bahwa jika ada sebuah status, semua yang ada dalam 2 jiwa berbeda yang
kini telah disatukan, pastilah ada batasan tersendiri. Misalanya, jika salah
satu dari kita bergaul dengan si A, si pasangan tidak suka, secara otomatis
pergaulan kita dibatasi. Contoh yang lain, status terkadang merubah semua yang
dulu sempat menjadi asik naum sekarang menjadi berisik. Ditarik dari realita,
topik pembicaraan orang yang memiliki status sebagian besar menanyakan, “sudah
makan belum?, lagi ngapain?”. Yang terkdang lebih menjengkelkan jika salah satu
dari pasangan overprotective adalah mereka yang mengharuskan kita untuk tidak
sering hang out sama teman. Juga, jika suatu ketika kita sedang asik quality
time sama teman tiba-tiba ada SMS masuk berkata, “kalau udah sama teman, aku
dilupain, SMS BBM lama balesnya, yaudah kamu ternyata lebih milih temen
daripada aku”.
Yang diatas
adalah kontra dalam suatu status. Lain lagi dengan si pasangan yang memiliki
motto “teman oke, kita juga oke” maksudnya adalah oke saat quality time sama
temen dia bilang “yaudah kamu ngumpul dulu sama temen, nanti kalau sudah
selesai aku kabarin. Jangan sampai lupa waktu kalau main. I love you”. Memang
ada tipe pasangan yang seperti itu, namun sulit untuk ditemukan tipe yang
seperti itu.
Lantas yang
bagaimana seharusnya dilakukan jika keduanya saling peduli dan ada something
namun didalam something tersebut pastinya jauh dari ending yang nothing?
Di sisi lain,
pernah juga anggapan lain melintas tajam dibenak, “buat apa status jika belum bisa serius?”
Orang pasti
bangga jika dirinya meninggalkan status lajangnya namun itu semua baru sebatas
pacaran. Katanya sih gini, “2015 masih jomblo heloooo?” lucunya lagi, status
punya, namun semua masih dianggap seperti permainan yang kalau game over yang
cari permainan baru. Semua orang pasti bisa jika status tersebut dianggap
sebagai ajang adu gengsi. Jika hanya bilang “i love you sayang” namun sering
kali mengulangi kesalahan yang sama apakah itu bisa dikatakan status yang tulus
dan serius? Jika semua janji manis yang pernah diucapkan lewat lantunan
bibirnya yang manis namun pada akhirnya diingkari apakah ini pantas dikatakan
sebagai status yang dulu sempat dijanjikan untuk serius? Lantas, untuk apa
semua itu jika semua yang pernah terllintas dalam janji, perkataan, dan
perbuatan adalah hal berbau kepalsuan? Sia-siakah bukan sebuah status?
Oh Tuhan..
semakin gila rasanya jika aku terus menemukan jawaban-jawaban diatas sebuah
jawaban yang belum pasti seperti ini. Begitu banyak pemikiran positif dan
negatif yang terus menari dalam otak yang hampir tak terkendali ini.
Bicara soal
status, “apakah lebih baik tak ada status
namun keduanya saling berusaha serius untuk kedepannya?”
Menurutku,
antara dewasa dan serius adalah dua hal yang berbeda namun memiliki keterkaitan
yang tak bisa diganggu gugat. Pertama, “orang dewasa pasti akan berorientasi
pada sebuah keseriusan”. Kedua, “orang dewasa pasti akan memperjuangkan sesuatu
dengan serius”. Ketiga, “orang dewasa pasti tidak akan pernah meninggalkan
suatu hal yang telah dianggapnya serius”
Jadi, menurutku
jika kedua pasangan saling peduli satu sama lain dan sudah menyandang status
dewasa pastinya tanpa dilandasi status terlebih dahulu, keduanya akan memiliki
pemikiran untuk serius dalam menatap ketatnya persaingan masa depan ini.
Selalin itu, orang dewasa pasti juga sudah paham bahwa yang mana yang patut
untuk diseriuskan dan begitu sebaliknya. Karena notabennya, orang dewasa yang
berakal tidak akan mengobral status, melainkan akan menyembunyikan status itu
sampai akhirnya akan menampakkan status terkahirnya pada sebuah pelaminan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar