Sabtu, 17 Januari 2015

Ada Harapan di Sela Malam yang Tragis


Kiranya bagi jagad raya malam ini adalah malam paling indah untuk sejarah hidup yang hanya bisa dinikmati sekali seumur hidup, sebaliknya bagiku malam ini menjadi malam terburuk dari malam sebelumnya.
Entahlah hal apa yang sesungguhya telah membuatku bisa mengartikan malam yang buruk seperti ini, sampai saat ini aku masih kesulitan untuk menemukan jawabannya. Metamorfosa replika siang dalam malam memang tak bisa ditebak. Terkadang yang awalnya diawali dengan tangisan, malah akan berakhir dengan kebahagiaan, begitu pula sebaliknya. Pagi tadi memang awan telah menangis, seharusnya malam ini tidak menjadi malam yang miris bukan? Tapi, fakta berkata lain. Dan yang lebih buruknya lagi adalah malam ini semakin tragis. Sungguh fantastis keterpurukan malam yang terjadi hari ini.
Bisa dibilang aku adalah tipe orang yang pelit untuk bercerita. Kebanyakan yang aku tuangkan dalam rajutan cerita yang selalu tak beraturan ini, hanya mengarah pada inti permasalah. Dan pokok daripada cerita malam ini yaitu “ada harapan di sela malam yang tragis ”
Entahlah, pada menit yang ke 58 lepas dari pukul 21 hati yang teramat dalam terus menyeruak agar aku meluapkan buruknya malam yang kian detik kian gelap gulita. Untuk itu, aku memilih untuk mengikuti arus saja, jika jari manisku ingin merangkai kata ini, aku akan mengabulkannya. Maka, jadilah cerita yang selalu sama dengan cerita berikutnya, yaitu cerita yang tak pernah teratur dan memiliki alur.
Pernahkan kalian merasa bahwa tiba-tiba muak dengan keadaan di sekitar? Pernahkah kalian secara spontanitas merasa bahwa kalian hidup diantara orang-orang yang laykanya seperti benda mati? Dan pernahkah kalian menginginkan sesuatu apapun itu yang endingnya bisa membuat hati menjadi lega? Tapi masalahnya, sesuatu yang bagaimanakah itu?
Entahlah..
Pada gelapnya dunia segelap hati yang gagap untuk berkata mengapa, tiba-tiba aku ingin bebas. Lari sejauh mungkin menjemput pintu kedamaian. Andai saja, aku punya kantong doraemon, pasti aku sudah meminta sesuatu apapun itu yang nantinya bisa membuat aku bahagia dan tertawa, walau aku tau, pasti hal itu hanya bersifat “sementara”. Tak peduli apakah akan sementara atau selamanya, yang jelas di malam yang aku artikan sebagai malam terburuk ini, aku ingin berharap padanya bahwa suatu hari nanti aku bisa berkesempatan menatap dunia lebih lama tanpa ada rasa duka. Aku ingin menikmati hembusan angin dicampur dengan santapan langit biru yang nantinya akan benar-benar mencuri pandanganku sehingga aku akan fokus untuk memandanginya lebih tajam agar aku tak bisa lagi merasakan hati yang sempat padam. Selanjutnya, aku ingin tempat yang luas memperislakanku untuk berteriak sekencang-kencangnya agar beban yang sempat aku rasa mengganggu jiwa seketika bisa pergi  ke alam yang jauh di sana.
Jadi, permohonan untuk malam yang buruk nan tragis ini ada 3 poin : pertama, aku ingin menatap dunia tanpa duka. Kedua, aku ingin ditemani angin yang letaknya tak jauh pada hunian langit biru. Ketiga, aku ingin berteriak lepas di tempat yang benar-benar pas.
Di sela-sela doa yang kupanjatkan sebelum aku tidur, aku selalu berharap bahwa ketiga harpan itu suatu hari nanti akan bisa aku rasakan. Entah, besok saat aku berhasil membuka mata usai bangun dari tidur, atau mungkin besoknya lagi saat aku berhasil membuka mata di tempat yang berbeda namun bersifat kekal selamanya. Tidak akan ada yang tau. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#QUOTESOFME (PART 2)

Silahkan disimpan bila Anda mau. Boleh juga dijadikan caption di instagram Anda. Untuk lockscreen hp juga bisa. Syaratnya satu, jangan ab...