Sabtu, 15 November 2014

Rindu

Sampai aku lupa bagaimana rasanya bersandar dibahu yang nyaman
Bercerita segala hal
Tertawa kecil bersama
Sekedar melepas rindu
Hanya ada aku dan kamu
Dan kini aku rindu akan moment itu
.......

Jangan

Entahlah..
Aku merasakan
Rasanya aku seperti bukan siapa-siapamu

Bahagia kita telah tertiup angin
Hilang entah kemana perginya

Kita sulit bertatap muka
Apa lagi memeluk hangat

Sangat sulit

Rasanya jarak benar-benar kejam
Waktu benar-benar tak berperasaan

Untuk melepas rindu saja
Harus bersedih dulu
Mata harus terlihat bengkak dulu
Jiwa harus lemah dulu

Dan apakah bahagia ini akan benar-benar menghilang ?
Jangan
Aku tak mau
Aku belum siap
Aku ingin melihat dia tersenyum dulu
Walau untuk yang terakhir kalinya

Kamis, 13 November 2014

Dituduh

Setiap orang pasti pernah "DITUDUH" dan menuduh
Dan setiap orang pasti tau
Bahwa Allah selalu mengajarkan pikiran yang jernih akan aura kepositifan

Tetap percaya
Dibalik tuduhan ada keberkahan

Mereka menuduh karena mereka takut kehilangan. Begitulah kepedeanku berkata....

I Hear Your Voice

Karena hidup ini terlalu sia-sia untuk membenci seseorang. Maka dari itu, kupersembahkan segenap cinta ini untukmu♡

Apalah daya jika aku tak bisa menatap matamu. Sangat menyakitkan. Dan aku tak tau apakah aku bisa melanjutkan hidupku atau tidak

Suaramu. Aku tau kita terpisah oleh jarak. Namun aku bisa mendengarnya

Mulut mudah sekali berbohong, tapi mata tak bisa

Hal yang paling mengharukan adalah saat aku melihat banyak bintang yang bersinar dimatamu

Dan sungguh menyedihkan apabila hidup ini penuh dengan rasa kebencian. Bisa dibayangkan, pintu neraka terbuka lebar untuk mereka yang suka membenci

Selasa, 11 November 2014

Andai aku bisa mencintaimu tanpa melukai perasaanmu

Jika aku bisa melakukan semua kegiatan kehidupan yang fana ini
Apakah akan lebih baik?
Disisi lain, sangat baik
Sebab, dengan begitu aku tak kan merepotkan orang lain
Ya
MEREPOTKAN ORANG LAIN

Mulai dari makan,
Misalkan aku makhluk berklorofil, aku bisa berfotosintesis, memasak bahan baku makanan sendiri, pastilah aku tak kan susah payah belanja kebutuhan pokok kesana kemari, lansung masak siap santap

Begitu juga sekolah,
Andai aku terlahir dengan kejeniusan yang begitu dahsyat, orang tuaku tak perlu susah payah banting tulang mengeluarkan sepeser uang untuk membiayai aku mulai dari TK hingga kuliah saat ini

Oh ya,
Dan hal yang paling penting namun sangat amat mustahil adalah
Ibu, andaikan aku bisa keluar dari rahimmu tak bantuan dokter ataupun bidan, tanpa engkau merasakan sakit yang teralam dalam, tanpa engkau keluarkan keringatmu yang bercucuran, tanpa engkau keluarkan emosimu dalam sebuah teriakan dan jeritan. Pasti engkau tak akan merasa lelah selelah-lelahnya orang lelah saat aku baru saja lepas dari ikatan tali pusarmu. Maafkan aku ibu, dalam kurang lebih 9 bulan aku telah merepotkanmu diperutmu dan tepat dihari kelahiranku, engkau sangat bersusah payah kau kerahkan semua energimu agar aku bisa berkesempatan menghirup betapa segarnya udara di dunia yang fana ini. Maafkan aku ibu... Andai aku bisa lahir tanpa menyusahkanmu..

Mungkin semua akan terasa lebih nyaman jika dengan sendiri, aku bisa melakukan semua hal yang aku mau tanpa melibatkan seorangpun.

Mencintai.
Aku sangat mencintai diriku
Begitu besar semangat yang berkobar dari kubu-kubu jemariku
Begitu besar hasrat yang ingin kutuangkan kedalam kenyataan ini, membuat kedua orang tua, adek, dan orang disekitar merasa bangga tanpa sedikitpun rasa malu atas hadirnya aku, yang saat ini masih berproses menjadi bernilai dari segi apapun.


Mencintai.
Andai aku bisa mencintaimu tanpa sedikitpun berkontak langsung dengan batinmu
Hanya aku dan diriku yang saling mencintai
Sehingga, suatu saat jika kita sedang berada dalam sebuah titik permasalahan, tak ada salah satu diantara kita yang memegang emosi, marah, mengalah, sakit, disakiti, menangis, ditangisi, dan masih banyak lagi. Sehingga yang terluka hanya aku dan diriku. Karena aku dan diri itu, kita saling mencintai satu sama lain
Jika dulu aku pernah menolak cintamu, pastilah kau merasa sakit hati. Maafkanlah.. Karena saat itu aku belum mencintaimu.
Namun
Siapa sangka
Saat penolakan berubah menjadi sebuah perasaan, aku tak bisa menghindarinya.
Saat ini aku terlanjur cinta
Namun sepertinya kau sudah tak cinta
Kini giliran aku yang harus merasakan apa itu sakit hati
Sakit memang
Dan itulah resiko jika menjalin hubungan dengan orang lain
Kini 1% penyesalan merekat ditubuhku
Kenapa kini aku sangat mencintaimu? Kenapa kau munculkan sinyal cinta kepadaku? Kenapa?

Andai aku bisa mencintaimu dengan ragaku sendiri
Pasti tak kan ada kerugian untuk kita walaupun hanya sekecil butiran pasir
Andai aku bisa mencintaimu tanpa melukai perasaanmu
Sungguh indah hidupmu tanpa luka disekujur hatimu
Andai kamu bisa mencintaiku tanpa melukai perasaanku
Aku tak kan pernah merasakan sakit sekakit-sakitnya orang sakit hari
Tak kan pernah.......



Begitulah kemustahilan yang sempat berlari-lari kecil dalam benakku

Kita

Aku semakin menikmati jarak ini. Karena disitulah aku merasa semakin dekat dengan adanya pelangi dimata KITA

Dan ketika semua telah berbeda, aku mulai yakin pasti ada kesamaan yang intim antara KITA berdua, yang entah itu kapan

Delapan belas tahun inilah yang mematangkan kedewasaanku. Rasionalku, kugunakan sebaik mungkin jika KITA mengalami perselisihan.
Karena, aku tak ingin KITA luntur....

Senin, 10 November 2014

Itulah Pendapat

Aku sempat dibuat bingung oleh realita ini

Banyak yang bilang "segala sesuatu itu berasal dari mindset diri sendiri. Jika mindset yang kita bentuk beraura positif, maka yang terjadi akan berbentuk positif. Begitu pula sebaliknya"

Namun, disisi lain
Ada juga yang bilang "janganlah terlalu berharap dengan sesuatu yang baik-baik, nanti kamu jatuh dan akan kesakitan"

Lantas yang manakah yang benar?

Bingung adalah hal yang wajar bagi seorang manusia
Didalam motivasi kepositifan, pasti ada saja yang bilang bahwa didalamnya masih ada kenegatifannya
Dan dari situlah aku berfikir, aku harus jeli dan teliti dalam menanggapinya

Mungkin yang mereka maksud adalah
"Allah mengajarkan kita untuk selalu berfikir positif. Menampilkan aura yang positif. Dan tentunya menghindari hal-hal yang berbau negatif. Berharap kepad tahta yang tinggi itu wajar. Namun, sesuatu yang berlebihan tentang sebuah harapan bukankah itu tidak boleh? Karena Rasullah mengajarkan kita, untuk membekali hidup dengan sesuatu yang pas dan yang berlebihan itu tidak baik, sabda Rasullah"

Nah, begitulah menurutku
Bagaimana menurutmu?
Entahlah..
Apakah banyak yang tidak sependapat denganku?



Itulah pendapat..

Sabtu, 08 November 2014

Misteri

Mereka tak pernah tau
Mereka bahkan tak akan pernah tau

Pepatah berkata "jangan lihat sesuatu dari covernya"
Mereka mungkin tau tapi hanya sekedar cover
Ya
Aku dikenal sebagai sosok yang ceria
Sama seperti karakteristikku "sangunis"
Setiap hari hari-hari dipenuhi dengan luapan canda, tawa, dan bahagia
Tak sedikit yang berpendapat aku adalah tipe humorin dan asik diajak ngobrol
Dan tak jarang teman-teman sering berkata, "gak ada elo gak rame"

Tapi siapa sangka
Mereka tak pernah tau bahwa sebenarnya hidupku penuh derita dan lara

Aku punya sejuta masalah yang sama sekali tak pernah kubeberkan pada orang lain
Sekalipun itu sahabat dekatku
Aku tak berani ceritanya dengannya
Karena pernah kunasehati temanku yang sedang dilanda kesedihan begini "jika kamu sedih, biarlah hanya kamu dan Tuhan yang tau, jangan sampai orang lain ikut terlarut dalam kesedihanmu. Cukup kebahagiaan yang bisa kamu pamerkan kepada mereka. Kesedihan, jangan."
Sejak saat itulah aku sangat berhati-hati dengan perkataanku sendiri. Dan sangat memilih-milih apakah seharusnya harus aku pendam sendiri atau aku minta solusi kepada orang lain.

Cukup besar masalah yang aku miliki. Cukup besar pula hasrat kuingin memendamnya. Sungguh aku tak ingin menambah beban pikiran orang lain saat aku sharing dengannya. Maka dari itu aku mulai membiasakan diri untuk sendiri dalam sebuah masalah yang kusebut misteri.

Mungkin jika air mata ini begitu keluar langsung berubah menjadi mutiara, aku akan menjadi orang kaya raya sejagad raya.
Atau, jika aku memiliki tanah yang luas, sudah berapa banyak bendungan yang kumiliki untuk menampung air mata ini.
Sungguh entahlah....

Aku merasa tak punya siapa-siapa yang bisa aku percaya untuk menampung masalah ini. Aku takut kepada mereka yang kucurhati, menyebarluaskan pada orang lain.
Aku merasa sendiri.
Apalagi saat tak punya kesibukan, aku merasa sangat sendiri. Berada pada ruangan tak berpenghuni.

Aku selalu ingin dalam keramaian. Meluapkan segala masalah yang kupendam ini dengan mencari bahan pembicaraan yang konyol. tak jarang juga aku membully teman-temanku. Dan selalu ada hal yang ingin aku perlihatkan kepada mereka agar mereka biasa tertawa lepas. Mungkin inikah yang disebut aku sedang mencari perhatian? Entahlah..
Nyatanya, begitulah hal yang bisa membuat aku lupa akan masalah itu, walaupun hanya sesaat.

Saat adekku yang masih duduk dibangku TK terlelap tidur, aku memandanginya.
Pantaskah aku mengeluh akan masalah ini? Pantaskan aku selalu merasa kesepian? Bukanlah lebih kesepian adekku yang diusianya masih sangat balita namun telah terpisah dengan ibunya yang kini berada di alam berbeda?

Saat ayah sedang memancing pada larut malam. Bukanlah begitu cara ayah melampiaskan rasa kesepiannya karena telah ditinggal ibu? Bukanlah ayah teramat kesepian yang kini hari-harinya hanya diperhatikan oleh anaknya? Bahkan anaknya tersebut hanya memberi perhatian dengan membuatkannya secangkir kopi. Itu saja. Namun ayah sangat bahagia.

Apakah aku benar-benar sekarah tuhan?
Selalu merasa sendiri
Membiarkan masalah ini terus menumpuk segunung
Padahal orang disekitar juga banyak
Mungkin mereka juga mau jadi pendengar setia
Tapi kenapa hati kecil ini terus meminta agar aku terus memendamnya sendiri?
Apakah memang lebih baik harus begini?
Entahlah..

Dear, Dia yang Paling Bersinar

Dear, dia yang paling bersinar
Sungguh aku tak ingin mengecewakanmu
Teramat dalam aku selalu ingin memberikan yang terbaik dari kemampuan yang aku miliki
Inilah aku
Nyatanya aku belum bisa membuatmu bangga
Lagi-lagi aku masih gagal dan harus mencoba lebih baik lagi

Sudah berulang kali kukatakan kepadamu bahwa "engkaulah yang paling bersinar dihati"
Mungkin juga kamu telah bosan mendengar ucapan itu

Dear,
Sudah berapa kalikah aku membuatmu kecewa? Terluka? Tak bahagia hidup denganku?
Maafkanlah..
Sampai saat ini memang aku hanya bisa memberimu nestapa, mungkin
Tapi aku berjanji
Suatu hari nanti
Aku bisa membuatmu
BAHAGIA
Bersamaku
Selamanya

Senin, 03 November 2014

Tetaplah Bersamaku Jadi Teman Baikku

hai hai aku balik lagi nih, alhamdulilah aku snagat memiliki kabar baik. semoga kita selalu diberi perlindungan dan selalu berada dalam naungan Tuhan kita Esa, Allah. amin

btw, terimakasih sudah mau membalas unek-unekku panjang lebar yang tak karuan kemarin. aku legaaaa buwanget sumpah. aku takut kamu marah karena mungkin sangat terganggu dengan keterbukaan ini, apalgi lewat socmed. dan syukurlah, kecemasanku ini, akhirnya takkan jadi masalah, karena kita di dini sudah memebranikan diri untuk membuka semua cerita yang dulu sempat kita pendam. dan akhirnya detik ini, kita berhasil melepas rasa dendam itu karena kejujuran diantara kita sudah kita perlihatkan lewat blog ini.

huhhh... fiyuhhh gilak deh aku gak bisa berkata apa-apa selain senyam senyum sendiri membalas blogmu sambil merangkai kata-kata agar kamu bisa percaya bahwa aku sangat amatlah lega kamu bisa menerima keterbukaan ini lalu kamu mersepon dengan baik pula. sungguh luar bisa aku tak seperti biasanya merasakan kelegaan yang begitu dahsyat.

btw juga, hehe
aku memang juga sudah dengar kabar yang kebohongan dendo saat pergi ke tubabn dengan tiiitttt, juga yang masalah buka bersama, tapi masalah yang pas aku pacaran ternyata dendo juga aktif mengirim pesan singkat padamu itu aku baru tau dari critamu sekarang. dan asal kamu tau, sebenarnya kamu bukanlah orang ketiga yang menyebabkan kandasnya hubunganku dengannya, dan sama sekali tidak ada sangkut pautnya denganmu. jika kamu mau tau, tanyakan saja sama dia hehe. yang jelas, kamu bukanlah penyebab keretakan ini. yayaaa.yaa tanyakan tuh sama dia, biar kamu tahu jawabannya hahaha

daaannn... ngomong-ngomong anggap saja ini sudah clear semua. memang sudah clear kan ya? hehe. yaa pada intinya dulu aku benci sekarang jadi sayang banget malah sama kamu. wakakakaww.. dulu aku ada yang tidak tau kronologisnya kamu dekat dengan dia, sekarang jadi tau gimana aslinya. ya begitulah. dan yang paling penting diantara yang penting, aku sudah fix seribu persen move on. aku punya ronald, kamu punya dia. jadi kita fokus ke pasangan kita masing-masing yaaa. yang dulu dijadikan  cermin, ambil hikmahnya saja. ciyee hikmah haha.. so far, semoga saja kamu gak gantian naksir sama pacarku wkwk. justkidding. jangan ada dusta (lagi) deh diantara kita. cukup satu, pertama dan terakhir. hehe. udahan ya bahas ininya, kan udah fix diluruskan. yang jelas flashback ini semoga kita menjadi makin uwerat dan luwanggeng sama pacal-pacal kita. daannnn cepetan lu nikah, udah lama pacaran kapan nikahnya buk? jangan lupa undangan akad anterin kerumah yeee haha mwah:*

terus, yang soal ibuk critanya pas kita quality time aja yak. semua belum ada yang tau, begitupun ronald. aku belum sempat crita soalnya aku juga masih nguatin mental karena critanya sangat amat membuat aku sakit. sakit. sakit. aku tak setegar yang kalian lihat. begitu tersenruh kata-kata orang tua aku langsung cengeng. maka dari itu, skip dulu yang ininya. hehehe

anyway, salah adalah wajar. semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. aku punya salah sama kamu, begitu juga sebaliknya. jadi tak perlulah menyalahkan. toh kita juga sudah saling meminta maaf, jadi hari ini kita fix 0-0 yaaaaa....

sekali lagi "terimakasih riska sahabat baikku, yang tak pernah henti menghiburku... lalalalalalalaaa" (nyayiin:lagunyajoshua)

ku punya kamu..
kau punya aku..
"SELAMANYA AKAN BEGITU"
Tetaplah bersamaku jadi teman baikku, berdua kita hadapi dunia...



Wanita yang Masih Gagal Menjadi Wanita


Apakah aku benar-benar gagal menjadi seorang wanita yang selayaknya disebut dengan wanita?
Yang identik dengan lemah lembut, kalem, sopan, bicara dengan nada alus.

Memang aku akui aku sangat jauh dari kriteria tersebut. Aku lebih condong dengan sikap yang kasar, mungkin juga bisa dibilang cuwawak, kalo bicara selalu dengan nada tinggi, nyentak. Apalagi mimik wajahku. Teman-teman, tetangga, ibu, ayah, adek, keluarga, mayoritas menilai aku adalah sosok yang garang, nyeremin, suka marah-marah, mrengut, dan sifat lainnya yang hitam nan tajam.

Dulu waktu ibuku masih hidup, beliau juga kerap mengingatku agar aku membiasakan bicara alus, tidak membantah, apalagi merespon dengan cara mbentak-bentak. Telingaku sampai panas djejali dengan nasehat itu. Saking seringnya ibu melontarkan nasehat itu, aku sampai lupa merealisasikannya. Masih saja aku setia dengan sifat asli negatifku itu. Dan sampai pula aku kehilangan sosok ibu, yang tiada henti mengingatkan sesuatu apapun demi kebaikan anaknya. Dan sampai akhirnya, detik ini aku merasa gagal memuat ibu bahagia, membuat ibu lega hatinya karena anaknya sampai saat ini belum berhasil menjadi sosok wanita idaman .

Adek. Sekarang dia duduk di kelas TK B(besar). Saat tiap ada waktu luang aku sedang membimbingnya belajar , dan ketika itu dia tidak bisa membaca dengan lancar, aku kesal dan marah. Aku membentaknya. Aku membenarkan cara bacanya dengan nada tinggi yang mungkin membuat dia kaget hingga pada akhirnya hatinya yang tersakiti dituangkannya lewat sebuah tangisan keras. Saat itu pula aku merasa telah menusuk hatinya dengan perlakuanku yang kasar, hingga waktu aku hendak mengajarinya belajar lagi, dia berkata “Kak. Aku moh belajar nek mbok seneni. Mbok seneni ae”. Nah, dari situlah hatiku mulai mencari dimana jiwa wanitaku yang sesungguhnya? Hingga adek kandung merasa trauma atas perlakuanku yang seperti itu. Apakah aku sama sekali tidak pantar menjadi panutan untuknya? Apakah aku terlalu buruk untuk menjadi leader pembimbing belajarnya? Entahlah aku semakin sakit dan miris melihat sifatku yang seperti itu. Kebangetan.  Dan jangan tanya apakah aku menangis saat adekku berkata seperti itu? Jawabannya sudah pasti IYA. Aku sangat terpukul sudah kelewatan menyakiti perasaan anak kecil yang seharusnya layak mendapat kasih sayang yang lembut, bukan yang kasar. Apalagi sekarang ibu sudah tiada. Jadi, akulah yang berperan sebagai ibu untuknya. Tapi aku malah seakan berperan sebagai musuhnya. Sungguh, dalam hatiku yang paling dalam, “dek, kakak ingin mengajak adek kelangit meraih banyak bintang, tapi kakak belum bisa dek. Kakak harus belajar lagi menemukan jiwa kewanitaan kakak dulu agar kakak bisa menemani adek meraih bintang itu. Tunggu kakak, kakak akan berusaha keras”

Ayah. Melihat aku yang sering kasar dengan adek, saat beliau sedang kerja, aku dikirimi pesan singkat olehnya, “nek mbek adek e ojo kasar. Wes gede bereng”. Anak mana yang tidak iba melihat ayahnya tak berani menasehati langsung anaknya. Memang ayahku adalah tipikal orang yang tak banyak omong, tidak banyak memberi penilaian, tapi sekali saja beliau mengomentari dan  marah, rasanya hari ini seperti tertusuk duri. Sakit. Dan aku juga tidak tahu kata apa yang pas untuk menafsirkan ksedigan anak jikalau kedua orangtuanya merasa kecewa atas sikap anaknya yang kurang tepat. Entahlah.. aku semikan tersedu menangisi masalah ini.

Kebanyakan teman-teman sudah paham betul dengan sikapku yang seperti itu. Tak jarang mereka yang sudah akrab denganku tak heran jika suatu saat sering menjumpaiku bicara dengan nada diatas ambang kenormalan, galak, pelit senyum, bahkan suka sensi tidak jelas.

Tetanggaku juga begitu. Memang aku juga dinilai sosok yang grapyak, mandiri, tidak manja (ex:nyuci baju, nyapu, tidak malas-malasan). Tidak bisa dipungkiri lagi karena memang ibu, dari aku SMP sudah mengajariku bagaimana membiasakan hidup tidak manja. Jadi itu semua sudah aku anggap bukan beban, itu kebiasaan yang mendarah daging. Dan hal yang paling aku ingat adalah, saat aku dikomentari tetanggaku begini “adekmu ape dijak ning endi?” aku, “mboh raroh”. Dengan nada yang menyengat aku membalasnya begitu, ditunjang dengan mimik wajah yang cemberut, hal itulah yang membuat tetanggaku mangkel.  Mungkin menurutnya ditanya baik-baik kok jawabnya begitu. Apa itu pantas. Entalah, yang jelas saat itu aku juga sedang madmodd, jadi ya menurutku wajar bila responku begitu. Dan hal yang paling miris adalah tetanggaku itu madul  kepada mbah yi ku. Wajar saja, namanya juga wanita, sudah tua pula, pasti hatinya sakit jika ada seseorang yang tak enak merespon pertanyaannya baik-baik. “yu yu, wes ping 3 putunem tak takoni jawabe mboh ambek merengut ngono”, begitulah katanya saat mbah yi memberitahuku. Kemudian, ada tanda tanya besar dalam benakku, kapan aku menjawab dengan nada “mboh raroh” sebanyak tiga kali? Kapan saja itu? Sebegitu detailnya dan tajam pula ingatannya dia mengingat perlakuanku yang tak enak. Apakah aku sangat nemen sekali? Hingga dia mengingat betul berapa kali aku menjawab pertanyaannya dengan kata “mboh raroh”.

Miris sekali bukan sikapku yang sangat meresahkan banyak orang. Dari situlah aku mulai berfikir, aku harus bertindak cepat merubah sifat itu. Aku tak mau dosa besar akibat tidak memiliki akhlak yang baik terus menggerogoti tubuhku. Aku tak ingin mereka semua yang aku sayangi menjadi resah akibat aku menjual mahal senyum manisku, akibat aku tak bisa mengondisikan diri sebagai wanita yang sebaik mungkin dijuluki wanita. Bukankah wanita itu harus lemah lembut, sopan, murah senyum? Dan aku sangat jauh dari situ, namun aku ingin dekat dengan sifat yang seperti itu.

Aku juga sudah capek menangis kesana-kemari. Meratapi nasib sebagai wanita yang masih gagal menjadi wanita. Setelah bengkak mataku, alhamdulilah tirai untuk berubah menjadi wanita yang semestinya wanita terbuka lebar-lebar. Begitu banyak dorongan yang menuntunku untuk terus maju. Terutama naluriku sendiri.

Aku membayangkan, apabila orang-orang yang sempat resah dengan sifatku yang kerap membuat hatinya terluka akan berubah menjadi kagum-kagum denganku dengan perubahanku yang kita akan proses aku realisasikan. Sungguh, pasti tak akan ada lagi yang hidupnya terganggu akan kelewatanku. Aku tak berharap muluk-muluk aku menjadi sosok yang diidam-idamkan. Harapan terkcecilku, aku sukses dari jeruji wanita galak, garang, dan mrengutan. Itu saja dulu, kelak akan kuserahkan kepada mereka apakah aku sudah layak dijuluki wanita atau belum. Jika iya, sungguh berarti aku telah berhasil. Jika tidak, aku akan berusaha lagi.

Dan betapa bahagianya ibuku yang sekarang di surga melihat anaknya bisa tumbuh menjadi wanita yang anggun tertutup dengan jilbabnya, kemudian dipercantik pula dengan hiasan santunan dari tutur kata yang lemah lembut. Ibu... tunggu aku mencari jalan wanitaku. Doakan anakmu agar tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mencari kewanitaanya. Aku janji aku akan melepas semua nada tinggiku, title  galak, nyentak, mawak-mawak, akan kuhilangkan itu Bu, aku janji.


Minggu, 02 November 2014

Dear, Riska


Dear Riska sahabatku di ujung Sidoarjo,

Apa kabar kamu? Aimisyuuuu yis hahaha

Btw, aku sering memanggilnya Yiska. Kalo versi panjangnya dedek Yiska. Yap dedek. Kenapa dedek? Karena dia itu amat sangat baby face. Ah bukan juga sih. Emm gimana ya, aku bingung juga nih mendeskripsikan dedekku yang satu ini. Gini-gini, riska ini wanita, iyalah ya haha, putih, kurus kek triplek wkakak bercanda deh, berjilbab. Terus, dia ini dulu se-SMP sama aku, SMP Negeri 1 Bojonegoro. Ya dulu aku nggak kenal akrab sama dia, Cuma sekadar tau dia, tapi apakah dia tau aku? Ah sudahlah itu tak penting hehe.

Pas SMP, aku tau dia gara-gara dia adalah pacar temanku sekelas. Siapakah gerangan? Tet teret tereeeettttt RAHASIA!!! Kepo nih pembaca hehe. Di facebook, aku stalking dia gitu, gak tau kenapa dan karena faktor apa, aku mendadak jadi manusia super kepo. Aku liatin foto profilnya, dan ada sesuatu yang bikin aku terkagum-kagum olehnya. Eittsss bukan lesbi ya aku haha. Waaaahh riska ternyata pas SMP, cantik binggo haha. Senyumnya sesksi, dia putih pula, ditambah hasil editan fotonya itu beehhh pas banget, jadi makin sip aja. Yaa gak kalah lah dengan aslinya, aslinya juga cantik dan putih kok. Begitulah kronologisnya aku mengetahui sosok siapa itu riska.

SMA. Wuuu ini nih jaman-jamannya para pemuda-pemudi Indonesia sering dibikin terbang trus tiba-tiba dijatuhkan ke jurang, dan begitu seterusnya. Lebih tepatnya sering mabuk cinta dan sering muntah nestapa. Haha. Ada cinta dibalik masa putih abu-abu. Dan aku, memiliki segudang cerita untuk riska tentang cinta didalam cinta. Belum pernah aku menceritakan secara detail bahwa aku punya dendam tersendiri kepada riska. Hanya aku beserta hatiku, dan Tuhan Yang Maha Tahu.

Riska. Kamu tau dendo kan. Ya dendo. Itu loh pacarmu hehe. Riska. Kamu pasti juga tau kan aku adalah mantannya dendo hehe. Asal kamu tau ya, aku itu dulu benci mendalam sama kamu dan pacarmu. Memang aku dan dendo sudah putus sejak kelas X. Tapi disini aku ingin mengorek  suatu hal kecil yang sewajarnya kamu harus tau, karena kamu sahabat terbaikku. Mungkin bagimu ini adalah masa lalu, tapi apa salah jika aku ingin terbuka denganmu. Bukankah kita sebagai sepasang sahabat harus saling membuka tirai kejujuran satu sama lain? Sebelumnya, maad riska, sudah menyebut merk nama “dendo” dan sudah memposting luapan-luapan tulisan ini dalam socmed. Tak ada asalan apa-apa, aku hanya ingin jujur ke kamu, bahwa dulu aku pernah membencimu. Tapi sekarang aku malah sangat menyayangi dan membutuhkanku walau hanya sekadar untuk berbagi secuil cerita suka dukaku. Ris, aku match banget curhat sama kamu. Nggak tau kenapa. Tapi ini asli, solusimu sangat membantuku.

Yis, dulu kita kan se-SMA ya. Kelas X kita tak sekandang. Taraaaa!!! Kelas XI dan XII kita sama-sama menghuni ruang lingkup IPS1. Jujur, aku sangat amat syok waktu tau daftar nama kelas baru kita. Yap. Jujur, dulu aku masih benci sama kamu gara-gara kamu memikat hati bersama dendo. Awalnya ceritanya begini. Bintang imana, kamu tau kan ris, pas di kantin pas aku juga sudah fix putus sama dendo aku dibisikin dia “nis, kamu udah putus kan sama dendo? Aku bilang, “iya tang, emang kenapa?” “gak papa, sekarang dia dekat sama riska”. Mendengar berita itu, kupingku jadi sentitif abis. Rasanya untuk mendengar nama kamu dan dendo rasanya aku ingin sekali marah, jengkel, secara waktu itu jarak antara aku putus sama kamu jadian itu miris ris. Dendo hanya butuh waktu singkat. Dan kalian jadian. Sakitnya tu disini *nunjuk hati*. Kita kan sama-sma wanita. Pasti taulah move on itu butuh waktu yang gak singkat. So far, saat itu hampir satu semester, intinya aku masih benci kamu ris.

Dan kamu tau tidak, apa yang aku lampiaskan dalam satu semester itu? Gini critanya, kita kan sekelas. Mau gak mau tiap hari harus ketemu dan harus berteman. Ris, maaf ya, dulu itu untuk senyum sama kamu aja, aku itu fake smile. Aku masih belum bisa move on soalnya. Apalagi omong-omong sama kamu, wah rasanya aku malas. Dan hal yang paling membuat aku teriris, saat kamu diantar jemput dendo. Memang itu hakmu dan itu juga hakku juga kan mau iri atau jealous. Toh kita juga punya hati. Dan kamu tau posisi teratas apa yang membuat aku semakin tersakiti? “riska, waahh enak e cah diantar jemput dendo. Ngenteni dendo yo ris” masih teringat jelas kata-kata manda teman sekelas dendo waktu pulang sekolah saat kamu berjalan menuju pintu gerbang dan sedang menunggu dendo mengambil motornya dan saat itu juga aku berada tepat dibelakangmu dan mendengar jelas kata-kata kejam yang sempat hampir membunuhku dalam kecemburuan. Riskaaaaa, saat itulah yang membuat aku galau. Sakit. Patah hati.

Ada hal lain juga yang dalam satu semester aku luapkan. Aku bersi keras belajar sekuat tenaga demi mendapat rangking 1. Dulu, niatku memang buruk. “aku kudu iso rangking 1. Kudu iso ngalahno riska. Kudu iso mbuktikno ning dendo, iki lo aku. Isek pinter aku to daripada riska” begitulah ris, kata-kata terjahatku, niatan burukku. Maaf riska, tapi itu dulu.. sumpah sekarang tak ada lagi kekejaman, ketertutupan, keirian antara hubungan kalian berdua.
Selama satu semester itu ris, aku sudah puas karena aku bisa mengalahkanmu. Maafkan aku yang mungkin menurutmu aku jahat.

Tapi, dibalik semua kekejaman hatiku, sungguh sekarang, detik ini, aku telah membuang jauh-jauh rasa cemburu itu. Kamu juga tau kan, aku juga sudah meiliki pasangan. Sungguh riska percayalah, aku memang membencimu tapi itu dulu.
Sekarang aku tau, siapakah diantara teman terbaikku, ubur-uburku, yang aku anggap sebagai teman curhat terbaikku. Dia adalah KAMU, RISKA.

Kamu ingat tidak saat aku kaku, lemah tak berdaya, tak bisa menahan tangis saat Allah mengambil sosok yang sangat aku cintai, Ibuku. Keluarga besar galaksi datang, kamu beada di barisan terdepan bersama keke dan tika. Tapi siapakah yang aku jemput dan aku peluk lalu kukotori seragam putih abu-abu dengan deraian air mata? Kamu riska, kamu. Kamu ingat tidak? *semoga kamu ingat*. Entah mengapa diantara keke dan tika, aku memilih kamu sebagai sahabat yang menurutku kamu adalah orang yang tepat. Dari ujung gang sampai masuk kedalam rumah, aku terus memelukmu, aku menangis dalam pundakmu. Dari situlah aku merasa dari moment-moment baik kita sejak semester 2 kelas XI hingga semester 2 kelas XII dan bahkan hingga kita resmi melepas almamater outih abu-abu kita, aku sangat menyesal telah menilaimu buruk waktu dulu. Aku menyesal karena aku baru sadar, kamulah teman terbaikku.

Ada hal lain juga yang didalamnya kamu termasuk sosok yang berpengaruh dari solusi permasalahanku. Tapi dari hal-hal lain itu, moment diataslah moment saat aku harus merasakan keterpurukan yang mendalam dan aku temukan sandaran yang tepat yaitu dipundakmu.

Ris, beberapa hari yang lalu kamu juga curhat padaku tentang adanya masalah kecil dari keluargamu. Setelah aku baca blogmu yang “ini bukan aib” apakah itu yang kau maksud? Iya atau tidak itu tidak penting. Yang jelas sekarang aku tau inti dari curhatmu dulu yang setengah-setengah dan kamu memilih untuk merahasiakannya. Kamu merasa ada kerenggangan dalam keluargamu. Kemarin aku juga sudah bilang “ris, iku keluargamu. We haruse bersyukur di kek i kesempatan berkumpul karo mereka. We ndue keluarga utuh di dunia. Sedangakan aku? Keluargaku hilang satu. Ibuku sekarang berada di tempat yang berbeda. Ris, ilingo kuwi keluargamu” semacam itulah caraku menasehatimu kemarin melalu pesan singat BBM.

Riksaaaa.. pada intinya begitulah hal yang perlu kamu tau karena sekarang kamu adalah sahabatku. Jika aku ada salah, please give me a sorry. Sungguh tittle blog ini sebelumnya belum pernah aku bocorkan kepada siapa-siapa. Kamulah orang pertama yang membuat aku kesal saat duduk dibangku kelas XI dan kamulah orang pertama yang aku beritahu kekesalan yang sempat memukulku. Rasa cemburu yang dulu sempat aku pendam padamu, kini akhirnya kamu ketahui juga.

Semoga dengan adanya tulisan ini, kita bisa semakin erat. Aku tau kamu sudah punya KTP dan itu tandanya kamu sudah dewasa. Orang dewasa pasti akan memaafkan keasalahan sahabatnya dulu, dan orang dewasa pasti akan percaya kalau orang yang dulu kubenci sekarang malah kucintai.

Percayalah rissss, aku sekarang sangat amat dan masih menjadikan kamu teman curhat terbaikku. Kamulah yang bisa memberi solusi panjang lebar. Aku nangis di vn saat gagal snmptn dan sbmptn, aku galau masalah cinta, semua kamu respon. You’re my guardian angel ris! Aku ingin keterbukaan dan kejujuran ini adalah ujung tombak kelanggengan persahatan kita. Semoga kita bisa terus salaing support walau jarak memisahkan. Iloveyou. Balaslah blog ini jika kamu mau. Jangan paksa hatimu untuk membalasnya. Aku ingin ketulusan jari manismu memberikan umpan balik yang tanpa paksaan dari siapapun.


Dan yang hal yang paling aku takutkan adalah “kamu ilfil denganku, dan kamu blaklist aku dalam daftar sabahat terbaikmu”. Jangan riksa jangaaaan. Kita bisa sama-sama terus kan? Plissss.......

Sabtu, 01 November 2014

Kakak Hanya Ingin Adek Pintar

Mungkin karena dia masih seupil
Dia belum bisa menafsirkan mana yang benar-benar sayang walaupun dalam keadaan naik darah sekalipun
Ya ini aku
Orangnya kasar
Sangat jauh dengan lemah lembut
Tidak puas kalo belum triak-triak
Mungkin menurutnya
Aku bukanlah wanita seutuhnya
Karena tidak sewajarnya seorang wanita bicara sambil ngotot
Tapi ya inilah aku
Tidak bisa jauh dari omongan yang keras-keras
Tapi ada yang dia tidak tau
Tapi kemungkin bisa jadi tau kalau dia memiliki indra perasa yang peka

Dek,
Usai kakak membentakmu karena kamu tak mau belajar. Kamu menangis. Aku pergi. Aku pun juga ikut menangis. Percaya atau tidak urusan adek. Yang jelas kakak merasa sangat terpukul dan seakan tak pernah sukses menjadi kakak impian jikalau kakak tak bisa menuntun adek ke bintang nan jauh di sana. Bintang nomer 1 dari segi apapun. Kakak merasa tidak berguna dek. Maafkan kakak telah bersikap sekeras itu. Asal adek tau, kakak tidak ingin kelak adek tumbuh menjadi sosok yang biasa-biasa saja. Kakak ingin adek tumbuh menjadi sosok yang luar biasa. Perlihatkan kepada mata dunia bahwa adek layak sosok yang sangat berpengaruh untuk jagad raya ini. Kakak cuma ingin yang terbaik buat adek. Maafkanlah kakakmu ini yang jauh dari sifat kelembutan. Maafkan kakak. Untuk saat ini, cobalah untuk peka dengan kekurangan kakak yang tak bisa bersikap lembah lembut. Cobalah mulai terbiasa dengan duri, omongan pedas,dan sikap tajam kakak. Kakak yakin, diumur adek yang masih secabe rawit ini, adek bisa memahami karakter kakak yang kejam ini. Tak ada maksut apa-apa, juga tak ingin membuat adek terus tersiksa dengan paksaan mengemil buku, angka, bahasa atau yang lainnya. Kakak hanya ingin adek pintar. Itu saja.

#QUOTESOFME (PART 2)

Silahkan disimpan bila Anda mau. Boleh juga dijadikan caption di instagram Anda. Untuk lockscreen hp juga bisa. Syaratnya satu, jangan ab...